Senin, 30 Desember 2013

Makalah Tentang Sastra Anak

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sastra berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang berbagai persoalan hidup manusia, tentang kehidupan di sekitar manusia, yang semuanya diungkapkan dengan cara bahasa yang khas. Anak-anak sebagai manusia dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang istimewa juga bersentuhan dengan sastra. Penulis ambil contoh, ketika seorang ibu menggendong anaknya, sering kita lihat sang ibu mendendangkan lagu untuk meninabobokan anaknya. Tidak sedikit orang tua mendongengi anaknya menjelang tidur, anak mendengarkan dengan penuh perhatian dan merasa puas hingga tertidur. Hal ini memberi gambaran bahwa sastra juga dibutuhkan anak, anak merasa nyaman dan senang menikmati sastra.
Kita pahami anak-anak memiliki tahap perkembangan yang berbeda dengan orang dewasa, ini berpengaruh pula dengan sastra yang sesuai, layak dikonsumsi anak-anak. Perlu dibedakan sastra untuk orang dewasa dan sastra untuk anak. Manfaat yang diperoleh dari sastra anak antara lain sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Hali ini karena dalam sastra anak terkandung pesan moral yang dapat membangun kepribadian positif pada anak.
Berkenaan dengan manfaat tersebut, maka kita harus mampu membedakan, memilih sastra yang cocok dan layak dikonsumsi oleh anak-anak dengan rambu-rambu kita harus memahami apa itu sastra anak. Oleh karena itu penulis memilih judul “ Genre Sastra: Pengertian sastra Anak, Ciri-ciri Sastra Anak, dan Jenis Ragam Sastra Anak” untuk lebih memahami sastra anak. Makalah ini berisi tentang hakikat sastra anak, karakteristik sastra anak, dan jenis ragam sastra anak.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah sebenarnya hakikat sastra anak?
2. Bagaimana karakteristik sastra anak?
3. Apa saja jenis ragam sastra anak?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.    Untuk mengetahui hakikat sastra anak
2.    Untuk mengetahui karakteristik sastra anak
3.    Untuk mengetahui jenis ragam sastra anak

D. Manfaat Penulisan
Agar kita sebagai calon guru Sekolah Dasar dapat mengetahui berbagai macam jenis ragam sastra anak sehingga memperkaya khasanah keilmuan kita. Pengetahuan yang di dapat diharapkan dapat membantu dalam pembelajaran nantinya. Guru dapat memilih dari sekian jenis sastra anak untuk kepentingan pembelajaran, bahkan guru dapat membuat sastra untuk anak dengan mengacu kepada hakikat dan karakteristik sastra anak.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Sastra Anak
Sastra anak dapat didefinisikan dengan memperhatikan definisi sastra secara umum dan sastra bagaimana yang sesuai untuk anak. Mengenai hal ini ada beberapa pandangan, yaitu antara lain:
Pertama, ada pandangan bahwa sastra anak adalah sastra yang sengaja memamng ditujukan untuk anak-anak. Kesengajaan itu dapat ditunjukkan oleh penulis yang secara eksplisit menyatakan hal itu dalam kata pengantarnya maupun dapat pula ditunjukkan oleh media yang memuatnya, misal buku atau majalah anak-anak. Misalnya Bobo, Ananda, dan lain-lain.
Kedua, ada pula yang berpandangan bahwa sastra anak berisi tentang cerita anak. Isi cerita yang dimaksud adalah cerita yang menggambarkan pengalaman, pemahaman, dsan perasaan anak. (Huck, et al., 1987:5). Dalam cerita anak misalnya, jarang sekali ditemukan perasaan yang nostalgic atau romantisme karena itu tidak sesuai dengan karakteristik jiwa anak-anak. Pikiran anak-anak lebih tertuju ke masa depan, karena itu cerita futuristik lebih banyak ditemukan dalam cerita anak-anak. Cita-cita, keinginan, petualangan di dunia lain, dan cerita-cerita science fiction sangat sesuai dengan jiwa anak-anak.
Ketiga, sastra anak adalah sastra yang ditulis oleh anak-anak. Pandangan ini memang cukup beralasan karena hanya anak-anak yang benar-benar dapat mengekspresikan pengalaman, perasaan dan pemikirannya dengan jujur dan akurat. Akan tetapi, tidak dapat disangkal bahwa orang dewasa dapat menulis sastra anak. Beberapa nama tersebut adalah Anton Hilman, Laila S, dan juga J.K Rowling penulis novel laris Harry Potter.
Keempat, ada juga yang pandangan bahwa sastra anak adalah sastra yang berisi nilai-nilai moral atau pendidikan yang bermanfaat bagi anak untuk mengembangkan kepribadannya menjadi anggota masyarakat yang beradab dan berbudaya. Pandangan ini merupakan pandangan yang paling “longgar” dalam membatasi apa itu sastra anak. Oleh karena itu Stewig (1980) misalnya, memandang bahwa sastra orang dewasa pun dapat digunakan sebagai “sastra anak” apabila mengandung nilai-nilai moral yang positif bagi anak. Contohnya adalah cerita rakyat yang pada umumnya berisi cerita tentang orang atau binatang yang diturunkan dari mulut ke mulut dan merupakan karya kolektif masyarakat masa lalu ini mengandung nilai-nilai moral yang bermanfaat bagi generasi muda, termasuk anak-anak.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sastra anak adalah karya imajinatif dalam bentuk bahasa yang berisi pengalaman, perasaan , dan pikiran anak yang khusus ditujukan bagi anak-anak ,ditulis oleh pengarang anak-anak maupun pengarang dewasa.Topik sastra anak dapat mencakup semua yang dekat dengan dunia anak, kehidupan manusia, binatang, tumbuhan yang mengandung nilai-nilai pendidikan, moral, agama, dan nila-nilai positif lainnya.

B.    Karakteristik Sastra Anak
Karakteristik atau ciri-ciri sastra anak dapat dilihat dari beberapa segi, setidaknya dari dua segi, yaitu :
1.     Segi kebahasaan
a.    Struktur kalimat
Cerita anak biasanya menggunakan kalimat sederhana, dapat berupa kalimat tunggal, kalimat berita, kalimat tanya, atau kaliamt perintah sederhana. Dalam sastra anak lebih banyak dijumpai kalimat tunggal daripada kalimat majemuk yang dapat berupa kalimat aktif maupun pasif, negatif atau positif, serta kalimat dengan susunan beruntun atau inversi.
b.    Pilihan kata
Satra anak pada umumnya menggunakan kata-kata ynag sudah dikenal oleh anak-anak dalam kehidupan sehari-harinya, Kata-kata konkret lebih banyak digunkan daripada kata abstrak. Istilah khusus dalam bidang ilmu tertentu juga tidak banyak/ jarang digunakan.
c.    Gaya bahasa/ majas
Sedikit sekali digunakan majas, hal ini berkaitan dengan ciri pilihan kata yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sastra anak lebih banyak mengunakan kata-kata konkret. Kalaupun digunakan majas, majas yang digunakan adalah majas yang sudah dikenal oleh anak. Misal penggunaan majas personifikasi dalam certita tentang binatang yang dapat berperilaku seperi manusia.
2.     Segi kesastraan
Dapat dilihat dari unsur instrinsiknya, terutama pada karya fiksi. Dalam hal ini ciri itu dilihat dari unsur intrisik utama karya sastra, yaitu:
a.    Alur cerita
Alur adalah rangkaian peristiwa yang disusun secara kronologis menurut hukum kausalitas (sebab-akibat). Cerita anak biasanya memiliki alur yang sederhana dan berbentuk linear. Artinya pada cerita itu hanya ada satu alur utama yang tidak bercabang dan alur yang digunakan biasanya berupa alur maju atau linear.
b.    Karakter/ tokoh cerita
Dilihat dari individunya, tokoh cerita anak dapat berupa manusia, binatang, atau tanaman, bahkan benda lain seperti peralatan rumah tangga. Apabila tokoh cerita berupa manusia, biasanya yang menjadi tokoh utama adalah anak-anak.
Dilihat dari kompleksitas karakter, cerita anak-anak biasanya berisi tokoh yang berwatak datar. Watak tokoh cerita itu dapat dikenali dengan jelas apakah itu tokoh baik atau tokoh jahat. Pada cerita anak, jarang dijumpai tokoh yang berwajah banyak, yaitu tokoh yang memiliki unsur baik dan jahat sekaligus.
c.    Tema
Cerita anak biasanya memiliki tema tunggal (satu tema mayor) tanpa subtema (tema minor). Hal ini terkait dengan kemampuan anak yang terbatas dalam menggali tema dalam bacaan. Pada umumnya anak hanya mampu menangkap tema yang transparan,  sederhana, seperti kebaikan akan mengalahkan kajahatan, orang jujur akan mendapat kebahagiaan, dan pahlawan pasti menang. 
Sarumpaet (1976) mengidentifikasi tiga ciri pembeda antara sastra anak-anak dengan sastra dewasa, tiga ciri pembeda itu andalah:
1. Unsur Pantangan
Unsur pantangan merupakan unsur ang secara khusus berkenaan dengan tema dan amanat. Tema cerita anak-anak ditentukan berdasarkan pertimbangan nilai edukatif walaupun persoalan-persoalan cinta yang erotis, seks, kebencian, kekejaman, kekerasan, dan prasangka buruk, kecurangan yang jahat serta masalah hidup dan mati sering menjadi fokus dalam isi sastra, pantang untuk disajikan sebagai tema dalam sastra anak.
Apabila ada hal-hal buruk dalam kehidupan itu yang diangkat dalam sastra anak, misalnya masalah kemiskinan, kekejaman ibu tiri, dan perlakuan yang tidak adil pada tokoh protagonis, biasanya amanatnya disederhanakan dengan akhir cerita yang berbeda pada tokoh jahat dan tokoh baik. Pada akhir cerita, tokoh jahat akan mengalami kesengsaraan atau ketidakberuntungan, sedangkan tokoh baik akan menemui kebahagiaan atau keindahan. Contoh dalam kisah Bawang Merah dan Bawang Putih,  Putri Salju, dan Cinderella.
Tema-tema yang sesuai untuk sastra anak-anak adalah tema-tema yang menyajikan masalah-masalah yang sesuai dengan kehidupan anak, seperti kepahlawanan, kepemimpinan, suka duka, pengembaraan, peristiwa sehari-hari, kisah-kisah perjalanan seperti ruang angkasa, penjelajahan, dan sebagainya (Sarumpaet, 1976; Huck, 1987; Mithell, 2003). Berkaitan dengan pemecahan masalah yang disajikan dalam cerita, Sarumpaet (11976) berpendapat bahwa akhir cerita anak-anak tidak selalu suka ataupun indah. Walaupun cerita dapat berakhir dengan duka, yang penting bersifat afirmatif (menimbulkan respons yang positif)
2.    Penyajian dengan Gaya Langsung
Penyajian dengan gaya secara langsung adalah sajian cerita yang merupakan deskripsi secara singkat dan langsung menuju sasaran, mengetengahkan gerak yag dinamis, dan jelas sebab-musababnya. Penyajian gaya langsung pada umumnya berkait dengan pengaluran, penokohan, latar, pusat pengisahan dan gaya bahasa.
•    Alur  cerita anak-anak seharusnya singkat dan mengetengahkan jalinan peristiwa yang dinamis dan jelas sebab-sebabnya,
•    Tokoh, melalui pengisahan dan dialog akan terwujudkan suasana dan tergambar tokoh-tokoh yang jelas sifat, peran, maupun fungsinya dalam cerita (Faris, 1993).
•    Latar cerita juga dapat memudahkan anak mengidentifikasi cerita. Cerita dengan latar tempat dan waktu yang dekat dengan kehidupan anak sehari-hari dapat menarik perhatian anak.
•    Pusat pengisahan (sudut pandang) adalah posisi yang diambil pengarang dalam menuturkan kisahnya dan bergantung pada pusat pengisahannya. Pusat pengisahan yang jelas akan dapat memperjelas amanat cerita.
•    Gaya bahasa dalam cerita anak umumnya dituturkan secara langsung, tidak berbelit-belit (sederhana), kalimatnya pendek-pendek, tetapi tetap mengacu pada faktor keindahan.
3.    Fungsi Terapan
Fungsi terapan adalah sajian cerita yang harus bersifat informatif dan mengandung unsur-unsur yang bermanfaat, baik untuk pengetahuan umum, keterampilan khusus, maupun untuk perkembangan anak.
Kebanyakan bacaan anak ditulis oleh orang dewasa sehingga fungsi terapan sering dimanfaatkan untuk menampung kecenderungan penulisnya untuk menggurui (Sarumpaet, 1976). Fungsi terapan dalam hal ini untuk menambah pengetahuan umum baik dalam bidang sosial, bahasa, maupun sain sehingga hal-hal yang ditampilkan dapat mengajarkan sesuatu.
Fungsi terapan dalam sastra anak ini ditunjukkan oleh unsur-unsur instrinsik yang terdapat dalam teks karya sastra anka itu sendiri, misalnya dari judul Petualangan Sinbad akan memberi informasi tokoh asing. Sinbad berasal dari Timur-Tengah, selain memberi informasi nama tokoh, anak akan bertambah pengetahuannya tentang negeri asal tokoh tersebut, letak negeri itu, apa yang terkenal dari negeri itu, dan sebagainya.
C. Jenis Ragam Sastra Anak
Genre dapat dipahami sebagai suatu macam atau tipe kesastraan yang memiliki karakteristik umum (Lukens, 2003:13). Genre sastra anak menurut Lukens (2003:14-34) membagi sastra anak secara rinci namun terjadi ketmpangtindihan disana-sini karena suatu cerita dapat dimasukkan dalam lebih dari satu subgenre dengan kriteria yang berbeda. Secara garis besar Lukens mengelompokkan genre sastra anak ke dalam enam macam, yaitu:
1.    Realisme
Realisme dalam sastra dapat dipahami bahwa cerita yang dikisahkan itu mungkin saja ada dan terjadi walau tidak harus bahwa memang benar-benar ada dan terjadi. Peristiwa dan jalinan cerita yang dikisahkan masuk akal , logis.
a.    Cerita realisme
Cerita realistik biasanya bercerita tentang masalah-masalah sosial dengan menampilkan tokoh utama yang protagonis sebagai pelaku cerita. Masalah-masalah yang dihadapi tokoh itulah yang menjadi sumber pengembangan konflik dan alur cerita
b.    Realisme Binatang
Merupakan cerita tentang binatang yang bersifat nonfiksi. Bercerita tentang bentuk fisik, habitat, cara dan siklus hidup dari binatang. Pendeknya, realisme binatang berwujud deskripsi tentang binatang yang tidak mengandung personifikasi. Cerita realisme juga dapat dituliskan dengan lebih menarik, misalnya cerita tentang penjelajahan dan penemuan kebiasaan hidup, cara bertahan hidup, cara bergaul dengan sesamanya, dan lain-lain yang realistik tentang kehidupan binatang baik binatang jinak dan familiar maupun yang buas atau langka- seperti tayangan Planet Satwa, Killer Instinc, atau Wild Africa yang dapat disaksikan di televisi- yang ternyata sangat memukau.

c.    Realisme Historis
Cerita realisme historis mengisahkan peristiwa yan terjadi pada masa lampau. Cerita biasanya mengambil satu atau beberapa tokoh utama yang dipergunakan sebagai acuan pengembangan cerita. Contoh : Perang Diponegoro, Perang Paderi, Untung Suropati yang memang memiliki fakta kesejarahan. Realisme historis dapat dikembangkan menjadi fiksi historis yang di dalamnya terdapat unsur imajinasi. Namun aspek imajinasi tersebut haruslah diapdukan secara integral dengan fakta dalam batas-batas tertentu, misalnya tidak terlalu menyimpang denagn memasukkan unsur legenda, fiksi historis masih dapat dikategorikan dalam kelompok realisme.
Realisme historis pada hakikatnya memang sejrah, sejarah yang ditulis dengan memperhatikan keindahan bahasa dan cara-cara penuturan. Untuk menjadi sastra anak, realisme historis haruslah dikemas dalam dengan cara penuturan dan bahasa yang sederhana dan lazimnya dilengkapi dengan gambar-gambar.
d.    Realisme Olahraga
Cerita tentang berbagai hal yang berkaitan dengan dunia olahraga. Realisme olahraga berkaitan dengan bermacam jenis dan tim olahraga dan para olahragawan yang terkenal seperti David Beckam untuk sepakbola, Mohammad Ali untuk tinju, Lim Swie King dan Susi Susanti untuk bulutangkis. Realisme olahraga juga dapat berkaitan dengan dan dipakai untk menanamkan jkarakter fair play, kejujuran, kedisiplinan, dan lain-lain yang penting untuk pengembangan diri.
2.    Fiksi Formula
Memiliki pola-pola tertentu yang membedakannya dengan jenis yang lain. Walau hal tersebut tidak mengurangi orisinalitas cerita yang dikreasikan oleh penulis, keadaan itu mau tidak mau merupakan sesuatu yang bersifat membatasi.
a.    Cerita misterius dan detektif
Biasanya dikemas dalam suatu waktu, lampau, kini, atau mendatang, dan menyajikan teror pada tiap bagian. Cerita misteri menampilkan daya suspense, rasa penasaran ingin tahu, lewat peristiwa dan tindakan yang tidak terjelaskan alias masih misterius, namun pada akhir sertia hal-hal tersebut dapat dijelaskan dan diselesaikan secara masuk akal.
Cerita misterius dan detektif biasanya menampilkan sserang hero yang luar biasa dan mungkin berkarakter aneh, nyentrik. Contoh: novel serial Harry Potter (JK. Rowling) dan kisah-kisah hantu dalam Goosebumps (RL. Stine)
b.    Cerita romantis
Bukan hal yang baru lagi, kini banyak ditulis untuk pemabca muda. Cerita ini biasanya menampilkan kisah yang simplistis dan sentimentalis hubungan laki-laki dan perempuan, dan itu seolah-olah merupakan satu-satunya fokus dalam kehidupan remaja.
c.    Novel serial
Dimaksudkan sebagai novel yang diterbitkan secara terpisah, namun novel-novel itu merupakan satu kesatuan unit. Novel jenis ini memberi kemudahan kepada anak yang ingin secara cepat memahami dan menikmati cerita.
3.    Fantasi
Fantasi dapat dipahami sebagai cerita yang menawarkan sesuatu yang sulit diterima. Fantas sering juga disebut cerita fantasi -dan perlu dibedakan dengan cerita rakyat fantasi yang tidak pernah dikenali siapa penulisnya- mencoba menghadirkan sebuah dunia lain di samping dunia realitas.
a.    Cerita fantasi
Dapat dipahami sebagai cerita yang menampilkan tokoh, alur, atau tema yang derajat kebenarannya diragukan, baik menyangkut (hampir) seluruh maupun hanya sebagian cerita. Cerita fantasi sebenarnya juga menampilkan berbagai peristiwa dan aksi yang realistik sebagaimana halnya dalam cerita realistik, namun di dalamnya terdapat sesuatu yang sulit diterima. Misalnya, cerita tentang kehidupan manusia mini di dalam kelompoknya yang memilki kebiasaan kehidupan sebagaimana halnya kita manusia biasa. Contoh lain adalah cerita yang mengisahkan manusia biasa dapat berkawan dengan hantu, jin, atau makhluk halus lainnya seperti sinetron Jin dan Jun dan Tuyul dan Mbak Yul yang pernah ditayangkan di televisi.
b.    Cerita Fantasi tinggi
Dimaksudkan sebagai cerita yang pertama-tama ditandai oleh adanya fokus konflik antara yang baik dan yang jahat, antara kebaikan dengan kejahatan. Konflik semacam ini sebenarnya merupakan tema umum yang telah mentradisi dan kebanyakan cerita memenangkan yang baik. Cerita jenis ini dapat meyakinkan pemabaca lewat tokoh yang meyakinkan dan konsistensi dunia baru (lain) yang dikisahkan.
Contoh cerita terkenal misalnya adalah Lord of the Rings (JRR. Tolkien) bahkan juga filmnya juga banyak digemari. Cara dan atau  pemilihan sudut pandang pengisahan akan mempengaruhi penerimaan terhadap tokoh dan berbagai pengalamannya. Latar dapat bervariasi, biasanya masa lampau, namun sering berbeda dengan latar kehidupan kita. Cerita biasanya ditampilkan dengan nada dan suasana yang terlihat sungguh-sungguh.
c.    Fiksi Sain
Dapat dipahami dalam beberapa pengertian. Menurut Robert Heinlein, seorang pengarang fiksi sain mengemukakan bahwa fiksi sain adalah fiksi spekulatif yang pengarangnya mengaambil postulat dari dunia nyata sebagaimana kita ketahui dan mengaitkan fakta dengan hukum alam. Kingsley Amis seorang kritikus berpendapat bahwa fiksi sain adalah  hipotesis yang berdasarkan sejumlah inovasi dalam sain dan teknologi, pseudoo-sain, atau pseudo-teknologi. Sebagai bagian dari cerita fantasi, fiksi sain kadang-kadang tidak mudah dibedakan apakah murni fantasi atau sain. Sebagai sebuah cerita yang hadir ke pembaca sebenarnya pembedaan tersebut tidak terlalu penting. Namun yang jelas, walau telah diyakinkan lewat plausibilitas ilmiah, fiksi sain tetap saja mengandung unsur “dipertanyakan kebenarannya”
Cerita ini biasanya lebih mengutamakan konflik, misalnya konflik kepentingan nilai-nilai kemanusiaan, daripada unsur penokohan.Secara tradisional fiksi sain sering berkaitan dengan kehidupan di masa depan atau sebagai variasi ditampilkan tokoh dari masa lampau atau masa mendatang. Fiksi sain dapat juga berkaitan dan atau menampilkan tokoh manusia robot atau robot manusia.
4.    Sastra Tradisional
Istilah “tradisional” dalam kesastraan menunjukkan bahwa bentuk dari cerita yang telah mentradisi, tidak diketahui kapan mulainya dan siapa penciptanya, dan dikisahkan secara turun-menurun secara lisan.
a.    Fabel
Adalah cerita binatang yang dimaksudkan sebagai personifikasi karakter manusia. Pada umumnya fabel tidak panjang dan secara jelas mengandung ajaran moral, pesan moral itu secara nyata biasanya ditempatkan pada akhir cerita. Tujuan penyampaian dan atau ajaran moral inilah yang menjadi fokus penceritaan dan sekaligus menyebabkan hadirnya fabel di tengah masyarakat. Contoh: Kera dengan Kura-kura, Pelanduk Jenaka, dan lain-lain.
b.    Dongeng Rakyat
Pada masa lampau dongeng diceritakan oleh misalnya orang tua kepada anaknya secara lisan dan turun menurun sehingga selalu terdapat variasi penceritaan walau isinya kurang lebih sama. Dongeng pun hadir terutama karena dimaksudkan untuk menyampaikan ajaran moral, konflik kepentingan antara yang baik dan buruk, dan yang baik biasanya menang. Tokoh yang dihadirkan bisa sesama manusia, atau ditambah makhluk lain seperti binatang dan makhluk halus, jelas berkarakter datar, terbelah antara yang baik dan yang buruk, sesuai dengan ajaran moral yang ingin disampaikan. Penyelesaiaan hampir selalu membahagiakan, misalnya ditutup dengan kata-kata semacam “ Akhirnya mereka hidup bahagia selamanya”. Nada cerita dapat sentimental, misalnya seperti yang dijumpai pada dongeng Bawang Merah Bawang Putih dan Cinderella.
c.    Mitos
Mitos dapat dipahami sebagai sebuah cerita yang berkaitan dengan dewa-dewa atau tentang kehidupan supranatural yang lain, juga sering mengandung sifat pendewaan  manusia dan manusia keturunan dewa (Makaryk,1995:569). Mitos biasanya menampilkan cerita tentang kepahlawanan, asal usul alam, manusia, atau bangsa yang dipahami mengandung sesuatu yang suci dan ghoib. Kebenaran sebuah mitos sebenarnya dapat dipertanyakan, tetapi masyarakat pemilik mitos tidak pernah mempersoalkannya.
Mitos berkisah tentang berbagai persoalan kehidupan yang di dalamnya terdapat kehebatan-kehebatan tertentu yang ada di luar jangkauan nalar manusia., misalnya bagaimana seorang tokoh mampu menunjukkan kekuatannya untuk menundukkan alam. Nyai Rara Kidul misalnya, mampu menundukkan laut sehingga air laut dapat dilewati bagaikan orang berjalan di darat.
Mitos diyakini mengandung kristalisasi nilai-nilai yang telah sekian lama hidup di masyarakat di suatu kebudayaan. Mitos dapat dipahami sebagai salah satu unsur budaya pada masyarakat dan sebagai bagian dari rekaman perjalanan sejarah budaya masyarakat yang bersangkutan.
d.    Legenda
Merupakan cerita khayal yang dihubung-hubungkan dengan  gejala alam, kenyataan-kenyataan alam yang ada pada masyarakat. Gejala alam dan kenyataan-kenyataan alam yang ada pada masyarakat dapat berupa bangunan atau batu yang sudah lama terjadi akibat alam. Contoh: Tangkuban Perahu di Jawa Barat, Malin Kundang di Padang, dan Roro Jonggrang.
e.    Epos
Merupakan sebuah cerita panjang ynag berbentuk syair (puisi) dengan pengarang yang tidak pernah diketahui, anonim. Epos berisi cerita kepahlawanan seorang tokoh hero yang sangat luar biasa hebat baik dalam kesaktian maupun kisah petualangannya. Tokoh yang dihadirkan hebat dalam segala hal, baik yang menyangkut kualifikasi fisik maupun moral. Cerita epik hadir di masyarakat pada waktu itu, tentunya juga dapat dipahami untuk masa kini, terutama adalah untuk memberikan ajaran moral secara simbolistik lewat sikap, perilaku, tindakan tokoh, dan berbagai aksi dan peristiwa yang mengiringinya.
Contoh: cerita Panji, cerita wayang Ramayana dan Mahabarata.
5.    Puisi
Sebuh bentuk sastra disebut puisi jika di dalamnya terdapat pendayagunaan berbagai unsur bahasa untuk mencapai efek keindahan. Pendayagunaan unsur bahasa untuk memperoleh keindaan itu antara lain dapat dicapai lewat permainan bunyi yang biasanya berupa berbagai bentuk pengulangan untuk memperoleh efek persajakan dan irama yang melodius. Selain itu, juga dimanfaatkan adanya berbagai sarana retorika yang lain seperti pemilihan ketepatan kata, ungkapan, pemajasan, penyiasatan struktur, dan pencitraan. Keterjalinan secara harmonis di antara berbagai unsur kebahasaan tersebut merupakan cara memperoleh keindahan dalam puisi. Untuk puisi anak, kesederhanaan bahasa haruslah tetap menjadi perhatian tersendiri, dan kadang-kadang keindahan sebuah puisi justru terletak pada kesederhanaannya.
Genre puisi anak dapat berwujud puisi-puisi lirik tembang-tembang anak tradisional, liri-lirik tembang ninabobo, puisi naratif, dan puisi personal. Puisi naratif adalah puisi yang di dalamnya mengandung cerita atau sebaliknya cerita yang dikisahkan dengan cara puisi. Tidak sedikit cerita lama yang tergolong sastra lama yang dikisahkan dalam bentuk syair. Di Jawa cerita wayang mula-mula juga diungkapkan dalam bentuk tembang, puisi tembang. Puisi personal adalah puisi modern yang sengaja ditulis untuk ank-anak. Puisi jenis ini dapat berbicara tentang apa saja sepanjang yang menarik perhatian penulis. Misalnya berbicara tenatang alam, keindahan alam, ibu dan kebaikan hati ibu, pengorbanan ibu, adik baru, persahabatan, dan lain sebagainya.

6.    Nonfiksi
Tidak semua buku nonfiksi dapat dimasukkan dalam genre sastra anak, hanya bacaan nonfiksi yang sastra ditulis dengan artistik sehingga jika dibaca oleh anak, anak akan memperoleh pemahaman dan kesenangan saja yang termasuk dalamnya.
a.    Buku informasi
Buku ini meberi informasi, fakta, konsep, hubungan anatar fakta,dan konsep, dan lain-lain yang mampu menstimulasi keingintahuan anak atau pembaca.
b.    Biografi
Merupakan buku yang berisi riwayat hidup seseorang, tentu saja tidak semua aspek keghidupan dan peristiwa dikisahkan, melainkan dibatasi pada hal-hal tertentu yang dipandang perlu dan  menarik untuk diketahui orang lain. Dewasa ini banyak biografi terkenal yang ditulis ulang yang sengaja dimaksudkan sebagai bacaan sastra anaka-anak, misalnya mulai dari kehidupan para wali (Wali Songo) di Jawa, sampai dengan para tokoh dan tokoh ilmuwan seperti Napoleon Bonaparte, Mahatma Gandhi, Newton, Einstein, dan lain-lain.
Genre pembagian Lukens tersebut cukup rinci, tetapi kesan adanya tumpang tindih tidak dapat dihindari, dan itu dapat dijadikan alasan keberatan. Lukens mengemukakan ada genre nonfiksi, tetapi justru tidal ada genre fiksi, fiksi dalam pengertian umum, sedang yang ada adalah fiksi formula dan fantasi.
Di bawah ini dikemukakan pembagian genre sastar anak berdasarkan analogi pembagian sastra menurut Lukens. Genre sastra anak cukup dibedakan dalam:
1.    Fiksi
Bentuk penulisan fiksi adalah prosa. Artinya karangan ditulis secara prosa, bentuk uraian dengan kalimat relatif panjang dan format penulisan  memenuhi halaman dari margin kiri ke kanan. Fiksi menampilkan cerita khayal yang tidak menunjuk pada kebenaran faktual atau sejarah.
Genre fiksi yang dimaksudkan disini dalam pengertian fiksi modern, yaitu yang menunjuk pada cerita yang ditulis relatif baru, pengarang jelas, dan beredar dalam bentuk buku atau cetakan lewat media massa seperti koran atau majalah.Termasuk dalam kategori ini adalah cerita-cerita fantasi, fiksi formula, fiksi sejarah (yang disebutkan Lukens), serta cerpen.
2.    Nonfiksi
Merupakan karangan yang menunjuk pada kebenaran faktual, sejarah, atau sesuatu yang memiliki kerangka acuan pasti atau memiliki bukti-bukti empiris. Namun tidak semua karangan nonfiksi dapat dikategorikan sabagai sastra anak. Dilihat bentuk bahasanya karya nonfiksi berupa prosa, namun isinya bukan cerita imajinatif.
Contoh: realisme binatang, realisme historis, dan realisme olahraga, serta karya nonfiksi yang berwujud buku informasi dan biografi.
3.    Puisi
Puisi yang dimaksud disini adalah puisi anak modern, yaitu yang menunjuk pada pengertian puisi yang ditulis dalam waktu kini, ada pengarangnya, dan tersebar lewat buku atau media massa.
4.    Sastra Tradisional
5.    Komik
Komik adalah cerita bergambar denga sedikit tulisan, bahkan kadang-kadang ada gambar yang tanpa tulisan karena gambar-gambar itu sudah “berbicara sendiri”. Komik sebagai bacaan identik dengan film kartun, dan faktanya berbagai film kartun yang ditayangkan di televisi sangat digemari oleh anak-anak.
Contoh: komik Doraemon, Kung Fu Boy, Captain Tsubasa, Donald Bebek, One Piece dan masih banyak lagi.
Pendapat lain menyebutkan bahwa genre sastra anak sama dengan sastra untuk dewasa, yakni berbentuk prosa, puisi, dan drama. Pembagian tersebut  semata-mata didasarkan atas perbedaan bentuk fisiknya saja, bukan substansinya. Substansi karya sastra apa pun bentuknya tetap sama, yakni pengalaman kemanusiaan dalam segala wujud dan dimensinya
1.    Prosa
Prosa adalah karya sastra yang disusun dalam bentuk cerita secara bebas, tidak terikat rima dan irama.
a.    Prosa Fiksi
Prosa yang isinya/ ceritanya hasil rekaan atau khayalan pengarangnya.
a)    Dongeng
1) Fabel
2) Sage
Dongeng/ cerita rakyat yang memasukkan peristiwa-peristiwa tempat kejadian, tokoh-tokohnya merupakan tokoh sejarah, padahal sage ini adalah dongeng / cerita khayalan semata. Misalnya dongeng Jaka Tarub, Angkling Darmo, Ciung Wanara, Lutung Kasarung, Roro Mendut, dan sebagainya.
3) Mite/ mitos
4) Legenda
5) Dongeng jenaka
Adalah cerita khayal tentang kehidupan orang-orang yang dengan kepandainnya berhumor yang berakibat bahagia atau sukses dan bisa juga berakibat kurang bahagia. Contoh: Abunawas (dongeng dari Irak yang dimodifikasi oleh pencerita Indonesia), Lebai Malang, Pak Pandir, Si Cepot, Si Kabayan, dan lain-lain.


b)  Hikayat
Hikayat berasal dari bahasa Arab yang berarti cerita panjang penuh khayalan. Hikayat juga dapat diartikan riwayat atau kisah. Hikayat dapat juga berarti kisah raja-raja, keluarga, dan pembantu-pembantunya.
Hikayat kebanyakan merupakan terjemahan atau saduran dengan mengadakan perubahan-perubahan disesuaikan dengan budaya daerah. Naskah asli hikayat kebanyakan berasal dari Arab, India, dan Melayu.
Contoh: Hikayat 1001 Malam, Bayan Budiman, Hang Tuah, Sejarah Melayu, Ramayana, Mahabarata, dan lain-lain.
c) Roman
Istialh roman berasal dari Belanda , bila dibandingkan dengan sastra Inggris dan Amerika tidak dikenal istilah roman, yang dikenal adalah novel. “Roman” berarti cerita yang ditulis dalam bahasa Romawi (Badudu, 1977:41). Selanjutnya pengertian roman berkembang menjadi suatu cerita prosa fiksi yang melukiskan seluruh kehidupan tokoh-tokohnya mulai dari kecil sampai tokoh-tokohnya meninggal dunia.
1)  Roman Bertendens
Isinya menceritakan keganjilan-keganjilan atau ketimpangan dalam kehidupan masyarakatnya. Contoh Siti Nurbaya (Marah Rusli), Salah Asuhan (Abdul Muis), dan Layar Terkembang (Sutan Takdir Alisjahbana). Sastra anak yang berbentuk roman bertendens ini hampir tidak dijumpai dalam sastra modern dewasa ini.
2) Roman Sejarah
Berisi cerita kehidupan tokoh-tokohnya dengan mengaitkan dengan unsur sejarah. Tokoh yang diangkat dalam roman sejarah tidak seluruhnya ada dalam sejarah, namun tokoh utamanya memang ada dalam sejarah. Misal Surapati (Abdul Muis)
3) Roman Detektif
Prosa yang tokoh utamaya berperan sebagai detektif. Roma ni mengajak pemabaca  untuk memikirkan secara mendalam akibat dan akhir cerita.
Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan (Suman Hasibuan)
4) Roman Psikologi
Menceritakan tokoh-tokohnya dengan menggambarkan alam jiwanya, perilaku dan perjuangannya bedasar tinjauan jiwa yang mendalam.
Contoh: Atheis (Ahkdiat Kartamiharja)
5) Roman Sosial kemasyarakatan
Menceritakan tokoh-tokohnya dengan mengangkat realita yang terjadi dalam masyarakat pada masa itu 
Contoh: Katak Hendak Jadi Lembu (Nur Sutan Iskandar)
d)  Novel
Cerita fiksi yang menceritakan kehidupan tokoh-tokohnya yang luar biasa yang menimbulkan pergolakan batin sehingga mengubah perjalanan nasib tokohnya.
Contoh: Lupus (Hilman dan Boim)
e)  Cerita Bergambar                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     
Prosa fiksi yang isinya menceritakan  hidup dan kehidupan para tokohnya dengan memvisualisasikan dalam bentuk gambar. Kata lain yang lebih dikenal di masyarakat untuk prosa fiksi jenis ini adalah “komik”.
Pada dasawarsa terakhir, cergam di Indonesia banyak dipengaruhi/ disadur dari Jepang dan Amerika. Contoh: Putri Salju, Putri Angsa, Detektif Conan, Dragon Ball, dll.

f)  Cerita Pendek
prosa fiksi yang isinya menceritakan hidup dan kehidupan para tokohnya dalam bagian dan kurun waktu tertentu. Banyak dijumpai diberbagai media massa.
g)  Fiksi Ilmiah
Prosa fiksi yang menceritakan hidup dan kehidupan manusia dengan mengutamakan tema ilmu pengetahuan dan teknologi.
Contoh: Spiderman, Doraemon, Hulk, dan lain-lain.
b. Prosa Nonfiksi
Merupakan karangan yang benar-benar terjadi, bukan hasil khayalan pengarangnya.
a)    Biografi
b)    Otobiografi
Prosa yang melukiskan riwayat hidup seorang tokoh yang ditulis sendiri oleh pemilik otobiogragi tersebut.
Contoh: Pengalaman Masa Kecil (Nur Sutan Iskandar)
c)    Sejarah
Karangan prosa yang menceritakan sejarah suatu kerajaan yang pada umumnya emngenai silsilah raja dan keturunannya, asal-usul kerajaan (acapkali bercampur dengan dengeng).
Contoh: Sejarah Melayu, Sejarah Babad Jawi, dan Bustanussalatina.
d)    Esai
Karangan sastra dalam bentuk prosa yang emngupas dan membahas mesalah seni dan kebudayaan pada umumnya. Contoh esai untuk sastra anak sulit dijumpai dalam sastra Indonesia. Hal ini dimngkinkan karena penulis dan pembasa esai biasanya orang yang mempunyai bakal/ teori sastra untuk orang dewasa sehingga tulisan esai sangat langka.
2.    Puisi
a.    Puisi Lagu Dolanan
a)    Puisi Lagu, Nyanyian Anak
Lagu dan tembang dapat pula disebut puisi yang dilagukan. Keindahan bahasa puisi lagu dicapai lewat permainan bahasa yang antara lain berupa berbagai bentuk paralelisme struktur dan perulangan, baik perulangan bunyi maupun kata.
Contoh:
BURUNG KAKATUA
ciptaan NN
Burung kakatua hinggap di jendela
Nenek sudah tua giginya tinggal dua
Tektung tektung tektung tralala
Tektung tektung tektung tralala
Burung kakaktua

BALONKU
ciptaan Pak Dal
Balonku ada lima
Rupa-rupa warnanya
Hijau kuning kelabu
Merah muda dan biru
Meletus balon hijau, dor…
Hatiku sangat kacau
Balonku tinggal empat
Kupegang erat-erat
b)    Puisi Tembang Dolanan
Tiap masyarakat yang memiliki latar belakang budaya dan abhasa memiliki puisi-puisi lagu dan nyanyian-nyanyian yang biasa didendangkan untuk meninabobokan dan menimang anak. Masyarakat Jawa dengan bahasa dan budaya Jawa memiliki amat banyak puisi lagu atau tembang-tembang yang dimaksud.
Dilihat dari segi syair yang mendukung, lagu dolanan termasuk dalam puisi, yang dalam bahasa Jawa disebut sebagai geguritan, yaitu geguritan tradisional.
Contoh:
MENTHOG-MENTHOG
Menthog-menthog tak kandhani
Mung rupamu angisin-isini
Mbok ya aja ngetok ana kandhang wae
Enak-enak ngorok ora nyambut gawe
Menthog-menthog mung lakumu
Megal-megol gawe guyu

GUNDHUL PACUL
Gundhul-gundhul pacul-cul, gelelengan
Nyunggi-nyunggi wakul-kul, gembelengan,
Wakul glimpang segane dadi saratan,
Wakul glimpang segane dadi saratan,

Menurut Huck dkk :
a. Balada
Puisi yang berisi cerita, namun diadaptasikan untuk dinyanyikan atau paling tidak memberikan efek nyanyian.
Contoh:
MAMA, ADA ORANG MINTA-MINTA DI PINTU PAGAR
Mama, ada orang minta-minta di pintu pagar 
kasihan sekali. Matanya buta, jalannya meraba-raba
Sherly hanya dapat memberinya sepotong coklat dan
Gula-gula. Karena sisa uang jajanku hari ini habis untuk
membeli buku.

Mama, ada orang minta-minta di pintu pagar
kasihan sekali. Tampaknya lapar dan belum makan dari pagi
Barangkali uang belanja mama amsih tersisa. Sebagian dapat
diberikan padanya, untuk membeli sebungkus nasi atau
makanan

Mama, orang minta-minta itu telah meninggalkan pintu 
pagar. Dengan uang yang dua puluh lima rupiah, wajahnya 
kelihatan  cerah. Ia kembali berjalan tersaruk-saruk dituntun
oleh tongkatnya menuju rumah tetangga.
(Sherly Malington, Bunga Anggrek untuk Mama, 1981: 16)

b. Puisi Naratif
Puisi yang berisi cerita. Puisi “hanyalah” bentuk penyampaian, sedang yang disampaikan adalah cerita.


Contoh:
PUTRI BANGAU
1
Konon dahulu di negeri Jepang
Tersebutlah tentang sebuah dongeng
Mengisahkan seekor bangau yang malang
Sayapnya luka tak bisa terbang

Seorang pak tani setengah baya
Menemukannya dekat telaga
Bangau dipungut diobatinya
Sehingga sembuh sayap yang luka

Sang bangau tak dapat banyak bicara
Pada pak tani berhati mulia
Dalam hatinya ia berjanji
Suatu waktu kan datang kembali   
        ***
2
Datanglah saatnya di suatu pagi
Ketika pak tani lagi sendiri
Datanglah padanya seorang putri
Ingin diterima sebagai istri
Karena tak ada aral melintang
Mereka pun kawin tanpa halangan
Mendirikanlah huma di tengah hutan
Sambil bekerja pagi dan petang
Ketika pak tani di ladang
Sang istri bertenun di dalam kamar

Setelah siap selembar kain
Sarung sutra halus dan indah
Sang istri mohon agar dijual
Kepada pedagang yang dari kota

Karena kainnya sangat indah
Sutra halus tenunan dewi
Pedagang kota sedia membayar
Banyaknya emas sepundi emas

Demikianlah hdup pak tani yang miskin
Menjadi kaya beristri jelita
Mereka rukun saling setia
Nikmati hidup damai bahagia

c.  Puisi Lirik
Puisi yang menggambarkan suasana hati, jiwa, perasaan, dan pikiran. Puisi lirik adalah puisi curahan hati.
Contoh:
PAPAKU
Ya Tuhan...
Aku mohon kau melindungi
dan menjaga papa selalu.
Saat aku masih tidur lelap
Papa sudah berangkat kerja
Mencari nafkah buat kami semua
Tengah malam papa baru pulang
Saat aku sudah tidur pulas
Ya Tuhan...
Terima kasih Kau beri kami
Papa yang baik hati
(Reynaldo Marsadio, SDN Ungaran I Yogyakarta, dimuat di Kedaulatan Rakyat Minggu, 12 Desember 2004, Rublik “ Kawanku, Ka-eR Kecil”)
3.    Drama
Kata drama berasal dari bahasa Yunani, yakni “dram” yang berarti gerak atau perbuatan atau perilaku. Secara definitive drama berarti bentuk sastra yang isinya menceritakan tentang hidup dan kehidupan yang disajikan atau dipertunjukkkan dalam bentuk gerak. Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau televisi. Pada intinya, apa yang disebut drama adalah sebuah genre sastra yang penampilan fisiknya memperlihatkan secara verbal adanya dialog atau percakapan di antara tokoh-tokoh yang ada.







BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sastra anak adalah karya imajinatif dalam bentuk bahasa yang berisi pengalaman, perasaan, dan pikiran anak yang khusus ditujukan bagi anak-anak, ditulis oleh pengarang anak-anak maupun pengarang dewasa..
Sastra anak memiliki karakteristik sebagai pembeda dengan sastra dewasa yang dapat dilihat dari dua segi, yaitu
1.    Segi kebahasaan, meliputi: struktur kalimat, pilihan kata, gaya bahasa/ majas
2.     Segi kesastraan, dilihat dari unsur intrinsiknya
Sarumpaet mengidentifikasi tiga ciri pembeda antara sastra anak-anak dengan sastra dewasa, tiga ciri pembeda itu adalah (1)Unsur Pantangan; (2)Penyajian dengan Gaya Langsung; (3)Fungsi Terapan.
Dalam menentukan jenis ragam sastra anak, ada beberapa pendapat antara lain:
Lukens mengelompokkan genre sastra anak ke dalam enam macam, yaitu:
1.    Realisme: Cerita realism, Realisme Binatang, Realisme Historis, dan Realisme Olahraga
2.    Fiksi Formula: Cerita misterius dan detektif, Cerita romantis dan Novel serial
3.    Fantasi: Cerita fantasi, Cerita Fantasi tinggi dan Fiksi Sain
4.    Sastra Tradisional
5.    Puisi
6.    Nonfiksi: Buku informasi dan Biografi
Pendapat lain, pembagian genre sastar anak berdasarkan analogi pembagian sastra menurut Lukens. Genre sastra anak cukup dibedakan dalam:
1.    Fiksi
2.    Nonfiksi
3.    Puisi
4.    Sastra Tradisional
5.    Komik
Pendapat lain menyebutkan bahwa genre sastra anak sama dengan sastra untuk dewasa, yakni berbentuk prosa, puisi, dan drama. Pembagian tersebut  semata-mata didasarkan atas perbedaan bentuk fisiknya saja, bukan substansinya. Substansi karya sastra apa pun bentuknya tetap sama, yakni pengalaman kemanusiaan dalam segala wujud dan dimensinya.
B.    Saran
1.    Sebagai calon guru Sekolah Dasar, mahasiswa PGSD sebaiknya banyak mempelajari jenis ragam sastra anak
2.    Mahasiswa PGSD sebaiknya termotivasi membuat sastra anak sehingga memperkaya kesastraan Indonesia



1 komentar:

  1. Buat Kalian yang inggin mencari Materi atau Makalah silahkan kunjungi >> http://www.momogi.id/search/label/Makalah?&max-results=7

    BalasHapus