Senin, 30 Desember 2013

Makalah Tentang Sastra Anak

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sastra berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang berbagai persoalan hidup manusia, tentang kehidupan di sekitar manusia, yang semuanya diungkapkan dengan cara bahasa yang khas. Anak-anak sebagai manusia dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang istimewa juga bersentuhan dengan sastra. Penulis ambil contoh, ketika seorang ibu menggendong anaknya, sering kita lihat sang ibu mendendangkan lagu untuk meninabobokan anaknya. Tidak sedikit orang tua mendongengi anaknya menjelang tidur, anak mendengarkan dengan penuh perhatian dan merasa puas hingga tertidur. Hal ini memberi gambaran bahwa sastra juga dibutuhkan anak, anak merasa nyaman dan senang menikmati sastra.
Kita pahami anak-anak memiliki tahap perkembangan yang berbeda dengan orang dewasa, ini berpengaruh pula dengan sastra yang sesuai, layak dikonsumsi anak-anak. Perlu dibedakan sastra untuk orang dewasa dan sastra untuk anak. Manfaat yang diperoleh dari sastra anak antara lain sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Hali ini karena dalam sastra anak terkandung pesan moral yang dapat membangun kepribadian positif pada anak.
Berkenaan dengan manfaat tersebut, maka kita harus mampu membedakan, memilih sastra yang cocok dan layak dikonsumsi oleh anak-anak dengan rambu-rambu kita harus memahami apa itu sastra anak. Oleh karena itu penulis memilih judul “ Genre Sastra: Pengertian sastra Anak, Ciri-ciri Sastra Anak, dan Jenis Ragam Sastra Anak” untuk lebih memahami sastra anak. Makalah ini berisi tentang hakikat sastra anak, karakteristik sastra anak, dan jenis ragam sastra anak.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah sebenarnya hakikat sastra anak?
2. Bagaimana karakteristik sastra anak?
3. Apa saja jenis ragam sastra anak?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.    Untuk mengetahui hakikat sastra anak
2.    Untuk mengetahui karakteristik sastra anak
3.    Untuk mengetahui jenis ragam sastra anak

D. Manfaat Penulisan
Agar kita sebagai calon guru Sekolah Dasar dapat mengetahui berbagai macam jenis ragam sastra anak sehingga memperkaya khasanah keilmuan kita. Pengetahuan yang di dapat diharapkan dapat membantu dalam pembelajaran nantinya. Guru dapat memilih dari sekian jenis sastra anak untuk kepentingan pembelajaran, bahkan guru dapat membuat sastra untuk anak dengan mengacu kepada hakikat dan karakteristik sastra anak.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Sastra Anak
Sastra anak dapat didefinisikan dengan memperhatikan definisi sastra secara umum dan sastra bagaimana yang sesuai untuk anak. Mengenai hal ini ada beberapa pandangan, yaitu antara lain:
Pertama, ada pandangan bahwa sastra anak adalah sastra yang sengaja memamng ditujukan untuk anak-anak. Kesengajaan itu dapat ditunjukkan oleh penulis yang secara eksplisit menyatakan hal itu dalam kata pengantarnya maupun dapat pula ditunjukkan oleh media yang memuatnya, misal buku atau majalah anak-anak. Misalnya Bobo, Ananda, dan lain-lain.
Kedua, ada pula yang berpandangan bahwa sastra anak berisi tentang cerita anak. Isi cerita yang dimaksud adalah cerita yang menggambarkan pengalaman, pemahaman, dsan perasaan anak. (Huck, et al., 1987:5). Dalam cerita anak misalnya, jarang sekali ditemukan perasaan yang nostalgic atau romantisme karena itu tidak sesuai dengan karakteristik jiwa anak-anak. Pikiran anak-anak lebih tertuju ke masa depan, karena itu cerita futuristik lebih banyak ditemukan dalam cerita anak-anak. Cita-cita, keinginan, petualangan di dunia lain, dan cerita-cerita science fiction sangat sesuai dengan jiwa anak-anak.
Ketiga, sastra anak adalah sastra yang ditulis oleh anak-anak. Pandangan ini memang cukup beralasan karena hanya anak-anak yang benar-benar dapat mengekspresikan pengalaman, perasaan dan pemikirannya dengan jujur dan akurat. Akan tetapi, tidak dapat disangkal bahwa orang dewasa dapat menulis sastra anak. Beberapa nama tersebut adalah Anton Hilman, Laila S, dan juga J.K Rowling penulis novel laris Harry Potter.
Keempat, ada juga yang pandangan bahwa sastra anak adalah sastra yang berisi nilai-nilai moral atau pendidikan yang bermanfaat bagi anak untuk mengembangkan kepribadannya menjadi anggota masyarakat yang beradab dan berbudaya. Pandangan ini merupakan pandangan yang paling “longgar” dalam membatasi apa itu sastra anak. Oleh karena itu Stewig (1980) misalnya, memandang bahwa sastra orang dewasa pun dapat digunakan sebagai “sastra anak” apabila mengandung nilai-nilai moral yang positif bagi anak. Contohnya adalah cerita rakyat yang pada umumnya berisi cerita tentang orang atau binatang yang diturunkan dari mulut ke mulut dan merupakan karya kolektif masyarakat masa lalu ini mengandung nilai-nilai moral yang bermanfaat bagi generasi muda, termasuk anak-anak.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sastra anak adalah karya imajinatif dalam bentuk bahasa yang berisi pengalaman, perasaan , dan pikiran anak yang khusus ditujukan bagi anak-anak ,ditulis oleh pengarang anak-anak maupun pengarang dewasa.Topik sastra anak dapat mencakup semua yang dekat dengan dunia anak, kehidupan manusia, binatang, tumbuhan yang mengandung nilai-nilai pendidikan, moral, agama, dan nila-nilai positif lainnya.

B.    Karakteristik Sastra Anak
Karakteristik atau ciri-ciri sastra anak dapat dilihat dari beberapa segi, setidaknya dari dua segi, yaitu :
1.     Segi kebahasaan
a.    Struktur kalimat
Cerita anak biasanya menggunakan kalimat sederhana, dapat berupa kalimat tunggal, kalimat berita, kalimat tanya, atau kaliamt perintah sederhana. Dalam sastra anak lebih banyak dijumpai kalimat tunggal daripada kalimat majemuk yang dapat berupa kalimat aktif maupun pasif, negatif atau positif, serta kalimat dengan susunan beruntun atau inversi.
b.    Pilihan kata
Satra anak pada umumnya menggunakan kata-kata ynag sudah dikenal oleh anak-anak dalam kehidupan sehari-harinya, Kata-kata konkret lebih banyak digunkan daripada kata abstrak. Istilah khusus dalam bidang ilmu tertentu juga tidak banyak/ jarang digunakan.
c.    Gaya bahasa/ majas
Sedikit sekali digunakan majas, hal ini berkaitan dengan ciri pilihan kata yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sastra anak lebih banyak mengunakan kata-kata konkret. Kalaupun digunakan majas, majas yang digunakan adalah majas yang sudah dikenal oleh anak. Misal penggunaan majas personifikasi dalam certita tentang binatang yang dapat berperilaku seperi manusia.
2.     Segi kesastraan
Dapat dilihat dari unsur instrinsiknya, terutama pada karya fiksi. Dalam hal ini ciri itu dilihat dari unsur intrisik utama karya sastra, yaitu:
a.    Alur cerita
Alur adalah rangkaian peristiwa yang disusun secara kronologis menurut hukum kausalitas (sebab-akibat). Cerita anak biasanya memiliki alur yang sederhana dan berbentuk linear. Artinya pada cerita itu hanya ada satu alur utama yang tidak bercabang dan alur yang digunakan biasanya berupa alur maju atau linear.
b.    Karakter/ tokoh cerita
Dilihat dari individunya, tokoh cerita anak dapat berupa manusia, binatang, atau tanaman, bahkan benda lain seperti peralatan rumah tangga. Apabila tokoh cerita berupa manusia, biasanya yang menjadi tokoh utama adalah anak-anak.
Dilihat dari kompleksitas karakter, cerita anak-anak biasanya berisi tokoh yang berwatak datar. Watak tokoh cerita itu dapat dikenali dengan jelas apakah itu tokoh baik atau tokoh jahat. Pada cerita anak, jarang dijumpai tokoh yang berwajah banyak, yaitu tokoh yang memiliki unsur baik dan jahat sekaligus.
c.    Tema
Cerita anak biasanya memiliki tema tunggal (satu tema mayor) tanpa subtema (tema minor). Hal ini terkait dengan kemampuan anak yang terbatas dalam menggali tema dalam bacaan. Pada umumnya anak hanya mampu menangkap tema yang transparan,  sederhana, seperti kebaikan akan mengalahkan kajahatan, orang jujur akan mendapat kebahagiaan, dan pahlawan pasti menang. 
Sarumpaet (1976) mengidentifikasi tiga ciri pembeda antara sastra anak-anak dengan sastra dewasa, tiga ciri pembeda itu andalah:
1. Unsur Pantangan
Unsur pantangan merupakan unsur ang secara khusus berkenaan dengan tema dan amanat. Tema cerita anak-anak ditentukan berdasarkan pertimbangan nilai edukatif walaupun persoalan-persoalan cinta yang erotis, seks, kebencian, kekejaman, kekerasan, dan prasangka buruk, kecurangan yang jahat serta masalah hidup dan mati sering menjadi fokus dalam isi sastra, pantang untuk disajikan sebagai tema dalam sastra anak.
Apabila ada hal-hal buruk dalam kehidupan itu yang diangkat dalam sastra anak, misalnya masalah kemiskinan, kekejaman ibu tiri, dan perlakuan yang tidak adil pada tokoh protagonis, biasanya amanatnya disederhanakan dengan akhir cerita yang berbeda pada tokoh jahat dan tokoh baik. Pada akhir cerita, tokoh jahat akan mengalami kesengsaraan atau ketidakberuntungan, sedangkan tokoh baik akan menemui kebahagiaan atau keindahan. Contoh dalam kisah Bawang Merah dan Bawang Putih,  Putri Salju, dan Cinderella.
Tema-tema yang sesuai untuk sastra anak-anak adalah tema-tema yang menyajikan masalah-masalah yang sesuai dengan kehidupan anak, seperti kepahlawanan, kepemimpinan, suka duka, pengembaraan, peristiwa sehari-hari, kisah-kisah perjalanan seperti ruang angkasa, penjelajahan, dan sebagainya (Sarumpaet, 1976; Huck, 1987; Mithell, 2003). Berkaitan dengan pemecahan masalah yang disajikan dalam cerita, Sarumpaet (11976) berpendapat bahwa akhir cerita anak-anak tidak selalu suka ataupun indah. Walaupun cerita dapat berakhir dengan duka, yang penting bersifat afirmatif (menimbulkan respons yang positif)
2.    Penyajian dengan Gaya Langsung
Penyajian dengan gaya secara langsung adalah sajian cerita yang merupakan deskripsi secara singkat dan langsung menuju sasaran, mengetengahkan gerak yag dinamis, dan jelas sebab-musababnya. Penyajian gaya langsung pada umumnya berkait dengan pengaluran, penokohan, latar, pusat pengisahan dan gaya bahasa.
•    Alur  cerita anak-anak seharusnya singkat dan mengetengahkan jalinan peristiwa yang dinamis dan jelas sebab-sebabnya,
•    Tokoh, melalui pengisahan dan dialog akan terwujudkan suasana dan tergambar tokoh-tokoh yang jelas sifat, peran, maupun fungsinya dalam cerita (Faris, 1993).
•    Latar cerita juga dapat memudahkan anak mengidentifikasi cerita. Cerita dengan latar tempat dan waktu yang dekat dengan kehidupan anak sehari-hari dapat menarik perhatian anak.
•    Pusat pengisahan (sudut pandang) adalah posisi yang diambil pengarang dalam menuturkan kisahnya dan bergantung pada pusat pengisahannya. Pusat pengisahan yang jelas akan dapat memperjelas amanat cerita.
•    Gaya bahasa dalam cerita anak umumnya dituturkan secara langsung, tidak berbelit-belit (sederhana), kalimatnya pendek-pendek, tetapi tetap mengacu pada faktor keindahan.
3.    Fungsi Terapan
Fungsi terapan adalah sajian cerita yang harus bersifat informatif dan mengandung unsur-unsur yang bermanfaat, baik untuk pengetahuan umum, keterampilan khusus, maupun untuk perkembangan anak.
Kebanyakan bacaan anak ditulis oleh orang dewasa sehingga fungsi terapan sering dimanfaatkan untuk menampung kecenderungan penulisnya untuk menggurui (Sarumpaet, 1976). Fungsi terapan dalam hal ini untuk menambah pengetahuan umum baik dalam bidang sosial, bahasa, maupun sain sehingga hal-hal yang ditampilkan dapat mengajarkan sesuatu.
Fungsi terapan dalam sastra anak ini ditunjukkan oleh unsur-unsur instrinsik yang terdapat dalam teks karya sastra anka itu sendiri, misalnya dari judul Petualangan Sinbad akan memberi informasi tokoh asing. Sinbad berasal dari Timur-Tengah, selain memberi informasi nama tokoh, anak akan bertambah pengetahuannya tentang negeri asal tokoh tersebut, letak negeri itu, apa yang terkenal dari negeri itu, dan sebagainya.
C. Jenis Ragam Sastra Anak
Genre dapat dipahami sebagai suatu macam atau tipe kesastraan yang memiliki karakteristik umum (Lukens, 2003:13). Genre sastra anak menurut Lukens (2003:14-34) membagi sastra anak secara rinci namun terjadi ketmpangtindihan disana-sini karena suatu cerita dapat dimasukkan dalam lebih dari satu subgenre dengan kriteria yang berbeda. Secara garis besar Lukens mengelompokkan genre sastra anak ke dalam enam macam, yaitu:
1.    Realisme
Realisme dalam sastra dapat dipahami bahwa cerita yang dikisahkan itu mungkin saja ada dan terjadi walau tidak harus bahwa memang benar-benar ada dan terjadi. Peristiwa dan jalinan cerita yang dikisahkan masuk akal , logis.
a.    Cerita realisme
Cerita realistik biasanya bercerita tentang masalah-masalah sosial dengan menampilkan tokoh utama yang protagonis sebagai pelaku cerita. Masalah-masalah yang dihadapi tokoh itulah yang menjadi sumber pengembangan konflik dan alur cerita
b.    Realisme Binatang
Merupakan cerita tentang binatang yang bersifat nonfiksi. Bercerita tentang bentuk fisik, habitat, cara dan siklus hidup dari binatang. Pendeknya, realisme binatang berwujud deskripsi tentang binatang yang tidak mengandung personifikasi. Cerita realisme juga dapat dituliskan dengan lebih menarik, misalnya cerita tentang penjelajahan dan penemuan kebiasaan hidup, cara bertahan hidup, cara bergaul dengan sesamanya, dan lain-lain yang realistik tentang kehidupan binatang baik binatang jinak dan familiar maupun yang buas atau langka- seperti tayangan Planet Satwa, Killer Instinc, atau Wild Africa yang dapat disaksikan di televisi- yang ternyata sangat memukau.

c.    Realisme Historis
Cerita realisme historis mengisahkan peristiwa yan terjadi pada masa lampau. Cerita biasanya mengambil satu atau beberapa tokoh utama yang dipergunakan sebagai acuan pengembangan cerita. Contoh : Perang Diponegoro, Perang Paderi, Untung Suropati yang memang memiliki fakta kesejarahan. Realisme historis dapat dikembangkan menjadi fiksi historis yang di dalamnya terdapat unsur imajinasi. Namun aspek imajinasi tersebut haruslah diapdukan secara integral dengan fakta dalam batas-batas tertentu, misalnya tidak terlalu menyimpang denagn memasukkan unsur legenda, fiksi historis masih dapat dikategorikan dalam kelompok realisme.
Realisme historis pada hakikatnya memang sejrah, sejarah yang ditulis dengan memperhatikan keindahan bahasa dan cara-cara penuturan. Untuk menjadi sastra anak, realisme historis haruslah dikemas dalam dengan cara penuturan dan bahasa yang sederhana dan lazimnya dilengkapi dengan gambar-gambar.
d.    Realisme Olahraga
Cerita tentang berbagai hal yang berkaitan dengan dunia olahraga. Realisme olahraga berkaitan dengan bermacam jenis dan tim olahraga dan para olahragawan yang terkenal seperti David Beckam untuk sepakbola, Mohammad Ali untuk tinju, Lim Swie King dan Susi Susanti untuk bulutangkis. Realisme olahraga juga dapat berkaitan dengan dan dipakai untk menanamkan jkarakter fair play, kejujuran, kedisiplinan, dan lain-lain yang penting untuk pengembangan diri.
2.    Fiksi Formula
Memiliki pola-pola tertentu yang membedakannya dengan jenis yang lain. Walau hal tersebut tidak mengurangi orisinalitas cerita yang dikreasikan oleh penulis, keadaan itu mau tidak mau merupakan sesuatu yang bersifat membatasi.
a.    Cerita misterius dan detektif
Biasanya dikemas dalam suatu waktu, lampau, kini, atau mendatang, dan menyajikan teror pada tiap bagian. Cerita misteri menampilkan daya suspense, rasa penasaran ingin tahu, lewat peristiwa dan tindakan yang tidak terjelaskan alias masih misterius, namun pada akhir sertia hal-hal tersebut dapat dijelaskan dan diselesaikan secara masuk akal.
Cerita misterius dan detektif biasanya menampilkan sserang hero yang luar biasa dan mungkin berkarakter aneh, nyentrik. Contoh: novel serial Harry Potter (JK. Rowling) dan kisah-kisah hantu dalam Goosebumps (RL. Stine)
b.    Cerita romantis
Bukan hal yang baru lagi, kini banyak ditulis untuk pemabca muda. Cerita ini biasanya menampilkan kisah yang simplistis dan sentimentalis hubungan laki-laki dan perempuan, dan itu seolah-olah merupakan satu-satunya fokus dalam kehidupan remaja.
c.    Novel serial
Dimaksudkan sebagai novel yang diterbitkan secara terpisah, namun novel-novel itu merupakan satu kesatuan unit. Novel jenis ini memberi kemudahan kepada anak yang ingin secara cepat memahami dan menikmati cerita.
3.    Fantasi
Fantasi dapat dipahami sebagai cerita yang menawarkan sesuatu yang sulit diterima. Fantas sering juga disebut cerita fantasi -dan perlu dibedakan dengan cerita rakyat fantasi yang tidak pernah dikenali siapa penulisnya- mencoba menghadirkan sebuah dunia lain di samping dunia realitas.
a.    Cerita fantasi
Dapat dipahami sebagai cerita yang menampilkan tokoh, alur, atau tema yang derajat kebenarannya diragukan, baik menyangkut (hampir) seluruh maupun hanya sebagian cerita. Cerita fantasi sebenarnya juga menampilkan berbagai peristiwa dan aksi yang realistik sebagaimana halnya dalam cerita realistik, namun di dalamnya terdapat sesuatu yang sulit diterima. Misalnya, cerita tentang kehidupan manusia mini di dalam kelompoknya yang memilki kebiasaan kehidupan sebagaimana halnya kita manusia biasa. Contoh lain adalah cerita yang mengisahkan manusia biasa dapat berkawan dengan hantu, jin, atau makhluk halus lainnya seperti sinetron Jin dan Jun dan Tuyul dan Mbak Yul yang pernah ditayangkan di televisi.
b.    Cerita Fantasi tinggi
Dimaksudkan sebagai cerita yang pertama-tama ditandai oleh adanya fokus konflik antara yang baik dan yang jahat, antara kebaikan dengan kejahatan. Konflik semacam ini sebenarnya merupakan tema umum yang telah mentradisi dan kebanyakan cerita memenangkan yang baik. Cerita jenis ini dapat meyakinkan pemabaca lewat tokoh yang meyakinkan dan konsistensi dunia baru (lain) yang dikisahkan.
Contoh cerita terkenal misalnya adalah Lord of the Rings (JRR. Tolkien) bahkan juga filmnya juga banyak digemari. Cara dan atau  pemilihan sudut pandang pengisahan akan mempengaruhi penerimaan terhadap tokoh dan berbagai pengalamannya. Latar dapat bervariasi, biasanya masa lampau, namun sering berbeda dengan latar kehidupan kita. Cerita biasanya ditampilkan dengan nada dan suasana yang terlihat sungguh-sungguh.
c.    Fiksi Sain
Dapat dipahami dalam beberapa pengertian. Menurut Robert Heinlein, seorang pengarang fiksi sain mengemukakan bahwa fiksi sain adalah fiksi spekulatif yang pengarangnya mengaambil postulat dari dunia nyata sebagaimana kita ketahui dan mengaitkan fakta dengan hukum alam. Kingsley Amis seorang kritikus berpendapat bahwa fiksi sain adalah  hipotesis yang berdasarkan sejumlah inovasi dalam sain dan teknologi, pseudoo-sain, atau pseudo-teknologi. Sebagai bagian dari cerita fantasi, fiksi sain kadang-kadang tidak mudah dibedakan apakah murni fantasi atau sain. Sebagai sebuah cerita yang hadir ke pembaca sebenarnya pembedaan tersebut tidak terlalu penting. Namun yang jelas, walau telah diyakinkan lewat plausibilitas ilmiah, fiksi sain tetap saja mengandung unsur “dipertanyakan kebenarannya”
Cerita ini biasanya lebih mengutamakan konflik, misalnya konflik kepentingan nilai-nilai kemanusiaan, daripada unsur penokohan.Secara tradisional fiksi sain sering berkaitan dengan kehidupan di masa depan atau sebagai variasi ditampilkan tokoh dari masa lampau atau masa mendatang. Fiksi sain dapat juga berkaitan dan atau menampilkan tokoh manusia robot atau robot manusia.
4.    Sastra Tradisional
Istilah “tradisional” dalam kesastraan menunjukkan bahwa bentuk dari cerita yang telah mentradisi, tidak diketahui kapan mulainya dan siapa penciptanya, dan dikisahkan secara turun-menurun secara lisan.
a.    Fabel
Adalah cerita binatang yang dimaksudkan sebagai personifikasi karakter manusia. Pada umumnya fabel tidak panjang dan secara jelas mengandung ajaran moral, pesan moral itu secara nyata biasanya ditempatkan pada akhir cerita. Tujuan penyampaian dan atau ajaran moral inilah yang menjadi fokus penceritaan dan sekaligus menyebabkan hadirnya fabel di tengah masyarakat. Contoh: Kera dengan Kura-kura, Pelanduk Jenaka, dan lain-lain.
b.    Dongeng Rakyat
Pada masa lampau dongeng diceritakan oleh misalnya orang tua kepada anaknya secara lisan dan turun menurun sehingga selalu terdapat variasi penceritaan walau isinya kurang lebih sama. Dongeng pun hadir terutama karena dimaksudkan untuk menyampaikan ajaran moral, konflik kepentingan antara yang baik dan buruk, dan yang baik biasanya menang. Tokoh yang dihadirkan bisa sesama manusia, atau ditambah makhluk lain seperti binatang dan makhluk halus, jelas berkarakter datar, terbelah antara yang baik dan yang buruk, sesuai dengan ajaran moral yang ingin disampaikan. Penyelesaiaan hampir selalu membahagiakan, misalnya ditutup dengan kata-kata semacam “ Akhirnya mereka hidup bahagia selamanya”. Nada cerita dapat sentimental, misalnya seperti yang dijumpai pada dongeng Bawang Merah Bawang Putih dan Cinderella.
c.    Mitos
Mitos dapat dipahami sebagai sebuah cerita yang berkaitan dengan dewa-dewa atau tentang kehidupan supranatural yang lain, juga sering mengandung sifat pendewaan  manusia dan manusia keturunan dewa (Makaryk,1995:569). Mitos biasanya menampilkan cerita tentang kepahlawanan, asal usul alam, manusia, atau bangsa yang dipahami mengandung sesuatu yang suci dan ghoib. Kebenaran sebuah mitos sebenarnya dapat dipertanyakan, tetapi masyarakat pemilik mitos tidak pernah mempersoalkannya.
Mitos berkisah tentang berbagai persoalan kehidupan yang di dalamnya terdapat kehebatan-kehebatan tertentu yang ada di luar jangkauan nalar manusia., misalnya bagaimana seorang tokoh mampu menunjukkan kekuatannya untuk menundukkan alam. Nyai Rara Kidul misalnya, mampu menundukkan laut sehingga air laut dapat dilewati bagaikan orang berjalan di darat.
Mitos diyakini mengandung kristalisasi nilai-nilai yang telah sekian lama hidup di masyarakat di suatu kebudayaan. Mitos dapat dipahami sebagai salah satu unsur budaya pada masyarakat dan sebagai bagian dari rekaman perjalanan sejarah budaya masyarakat yang bersangkutan.
d.    Legenda
Merupakan cerita khayal yang dihubung-hubungkan dengan  gejala alam, kenyataan-kenyataan alam yang ada pada masyarakat. Gejala alam dan kenyataan-kenyataan alam yang ada pada masyarakat dapat berupa bangunan atau batu yang sudah lama terjadi akibat alam. Contoh: Tangkuban Perahu di Jawa Barat, Malin Kundang di Padang, dan Roro Jonggrang.
e.    Epos
Merupakan sebuah cerita panjang ynag berbentuk syair (puisi) dengan pengarang yang tidak pernah diketahui, anonim. Epos berisi cerita kepahlawanan seorang tokoh hero yang sangat luar biasa hebat baik dalam kesaktian maupun kisah petualangannya. Tokoh yang dihadirkan hebat dalam segala hal, baik yang menyangkut kualifikasi fisik maupun moral. Cerita epik hadir di masyarakat pada waktu itu, tentunya juga dapat dipahami untuk masa kini, terutama adalah untuk memberikan ajaran moral secara simbolistik lewat sikap, perilaku, tindakan tokoh, dan berbagai aksi dan peristiwa yang mengiringinya.
Contoh: cerita Panji, cerita wayang Ramayana dan Mahabarata.
5.    Puisi
Sebuh bentuk sastra disebut puisi jika di dalamnya terdapat pendayagunaan berbagai unsur bahasa untuk mencapai efek keindahan. Pendayagunaan unsur bahasa untuk memperoleh keindaan itu antara lain dapat dicapai lewat permainan bunyi yang biasanya berupa berbagai bentuk pengulangan untuk memperoleh efek persajakan dan irama yang melodius. Selain itu, juga dimanfaatkan adanya berbagai sarana retorika yang lain seperti pemilihan ketepatan kata, ungkapan, pemajasan, penyiasatan struktur, dan pencitraan. Keterjalinan secara harmonis di antara berbagai unsur kebahasaan tersebut merupakan cara memperoleh keindahan dalam puisi. Untuk puisi anak, kesederhanaan bahasa haruslah tetap menjadi perhatian tersendiri, dan kadang-kadang keindahan sebuah puisi justru terletak pada kesederhanaannya.
Genre puisi anak dapat berwujud puisi-puisi lirik tembang-tembang anak tradisional, liri-lirik tembang ninabobo, puisi naratif, dan puisi personal. Puisi naratif adalah puisi yang di dalamnya mengandung cerita atau sebaliknya cerita yang dikisahkan dengan cara puisi. Tidak sedikit cerita lama yang tergolong sastra lama yang dikisahkan dalam bentuk syair. Di Jawa cerita wayang mula-mula juga diungkapkan dalam bentuk tembang, puisi tembang. Puisi personal adalah puisi modern yang sengaja ditulis untuk ank-anak. Puisi jenis ini dapat berbicara tentang apa saja sepanjang yang menarik perhatian penulis. Misalnya berbicara tenatang alam, keindahan alam, ibu dan kebaikan hati ibu, pengorbanan ibu, adik baru, persahabatan, dan lain sebagainya.

6.    Nonfiksi
Tidak semua buku nonfiksi dapat dimasukkan dalam genre sastra anak, hanya bacaan nonfiksi yang sastra ditulis dengan artistik sehingga jika dibaca oleh anak, anak akan memperoleh pemahaman dan kesenangan saja yang termasuk dalamnya.
a.    Buku informasi
Buku ini meberi informasi, fakta, konsep, hubungan anatar fakta,dan konsep, dan lain-lain yang mampu menstimulasi keingintahuan anak atau pembaca.
b.    Biografi
Merupakan buku yang berisi riwayat hidup seseorang, tentu saja tidak semua aspek keghidupan dan peristiwa dikisahkan, melainkan dibatasi pada hal-hal tertentu yang dipandang perlu dan  menarik untuk diketahui orang lain. Dewasa ini banyak biografi terkenal yang ditulis ulang yang sengaja dimaksudkan sebagai bacaan sastra anaka-anak, misalnya mulai dari kehidupan para wali (Wali Songo) di Jawa, sampai dengan para tokoh dan tokoh ilmuwan seperti Napoleon Bonaparte, Mahatma Gandhi, Newton, Einstein, dan lain-lain.
Genre pembagian Lukens tersebut cukup rinci, tetapi kesan adanya tumpang tindih tidak dapat dihindari, dan itu dapat dijadikan alasan keberatan. Lukens mengemukakan ada genre nonfiksi, tetapi justru tidal ada genre fiksi, fiksi dalam pengertian umum, sedang yang ada adalah fiksi formula dan fantasi.
Di bawah ini dikemukakan pembagian genre sastar anak berdasarkan analogi pembagian sastra menurut Lukens. Genre sastra anak cukup dibedakan dalam:
1.    Fiksi
Bentuk penulisan fiksi adalah prosa. Artinya karangan ditulis secara prosa, bentuk uraian dengan kalimat relatif panjang dan format penulisan  memenuhi halaman dari margin kiri ke kanan. Fiksi menampilkan cerita khayal yang tidak menunjuk pada kebenaran faktual atau sejarah.
Genre fiksi yang dimaksudkan disini dalam pengertian fiksi modern, yaitu yang menunjuk pada cerita yang ditulis relatif baru, pengarang jelas, dan beredar dalam bentuk buku atau cetakan lewat media massa seperti koran atau majalah.Termasuk dalam kategori ini adalah cerita-cerita fantasi, fiksi formula, fiksi sejarah (yang disebutkan Lukens), serta cerpen.
2.    Nonfiksi
Merupakan karangan yang menunjuk pada kebenaran faktual, sejarah, atau sesuatu yang memiliki kerangka acuan pasti atau memiliki bukti-bukti empiris. Namun tidak semua karangan nonfiksi dapat dikategorikan sabagai sastra anak. Dilihat bentuk bahasanya karya nonfiksi berupa prosa, namun isinya bukan cerita imajinatif.
Contoh: realisme binatang, realisme historis, dan realisme olahraga, serta karya nonfiksi yang berwujud buku informasi dan biografi.
3.    Puisi
Puisi yang dimaksud disini adalah puisi anak modern, yaitu yang menunjuk pada pengertian puisi yang ditulis dalam waktu kini, ada pengarangnya, dan tersebar lewat buku atau media massa.
4.    Sastra Tradisional
5.    Komik
Komik adalah cerita bergambar denga sedikit tulisan, bahkan kadang-kadang ada gambar yang tanpa tulisan karena gambar-gambar itu sudah “berbicara sendiri”. Komik sebagai bacaan identik dengan film kartun, dan faktanya berbagai film kartun yang ditayangkan di televisi sangat digemari oleh anak-anak.
Contoh: komik Doraemon, Kung Fu Boy, Captain Tsubasa, Donald Bebek, One Piece dan masih banyak lagi.
Pendapat lain menyebutkan bahwa genre sastra anak sama dengan sastra untuk dewasa, yakni berbentuk prosa, puisi, dan drama. Pembagian tersebut  semata-mata didasarkan atas perbedaan bentuk fisiknya saja, bukan substansinya. Substansi karya sastra apa pun bentuknya tetap sama, yakni pengalaman kemanusiaan dalam segala wujud dan dimensinya
1.    Prosa
Prosa adalah karya sastra yang disusun dalam bentuk cerita secara bebas, tidak terikat rima dan irama.
a.    Prosa Fiksi
Prosa yang isinya/ ceritanya hasil rekaan atau khayalan pengarangnya.
a)    Dongeng
1) Fabel
2) Sage
Dongeng/ cerita rakyat yang memasukkan peristiwa-peristiwa tempat kejadian, tokoh-tokohnya merupakan tokoh sejarah, padahal sage ini adalah dongeng / cerita khayalan semata. Misalnya dongeng Jaka Tarub, Angkling Darmo, Ciung Wanara, Lutung Kasarung, Roro Mendut, dan sebagainya.
3) Mite/ mitos
4) Legenda
5) Dongeng jenaka
Adalah cerita khayal tentang kehidupan orang-orang yang dengan kepandainnya berhumor yang berakibat bahagia atau sukses dan bisa juga berakibat kurang bahagia. Contoh: Abunawas (dongeng dari Irak yang dimodifikasi oleh pencerita Indonesia), Lebai Malang, Pak Pandir, Si Cepot, Si Kabayan, dan lain-lain.


b)  Hikayat
Hikayat berasal dari bahasa Arab yang berarti cerita panjang penuh khayalan. Hikayat juga dapat diartikan riwayat atau kisah. Hikayat dapat juga berarti kisah raja-raja, keluarga, dan pembantu-pembantunya.
Hikayat kebanyakan merupakan terjemahan atau saduran dengan mengadakan perubahan-perubahan disesuaikan dengan budaya daerah. Naskah asli hikayat kebanyakan berasal dari Arab, India, dan Melayu.
Contoh: Hikayat 1001 Malam, Bayan Budiman, Hang Tuah, Sejarah Melayu, Ramayana, Mahabarata, dan lain-lain.
c) Roman
Istialh roman berasal dari Belanda , bila dibandingkan dengan sastra Inggris dan Amerika tidak dikenal istilah roman, yang dikenal adalah novel. “Roman” berarti cerita yang ditulis dalam bahasa Romawi (Badudu, 1977:41). Selanjutnya pengertian roman berkembang menjadi suatu cerita prosa fiksi yang melukiskan seluruh kehidupan tokoh-tokohnya mulai dari kecil sampai tokoh-tokohnya meninggal dunia.
1)  Roman Bertendens
Isinya menceritakan keganjilan-keganjilan atau ketimpangan dalam kehidupan masyarakatnya. Contoh Siti Nurbaya (Marah Rusli), Salah Asuhan (Abdul Muis), dan Layar Terkembang (Sutan Takdir Alisjahbana). Sastra anak yang berbentuk roman bertendens ini hampir tidak dijumpai dalam sastra modern dewasa ini.
2) Roman Sejarah
Berisi cerita kehidupan tokoh-tokohnya dengan mengaitkan dengan unsur sejarah. Tokoh yang diangkat dalam roman sejarah tidak seluruhnya ada dalam sejarah, namun tokoh utamanya memang ada dalam sejarah. Misal Surapati (Abdul Muis)
3) Roman Detektif
Prosa yang tokoh utamaya berperan sebagai detektif. Roma ni mengajak pemabaca  untuk memikirkan secara mendalam akibat dan akhir cerita.
Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan (Suman Hasibuan)
4) Roman Psikologi
Menceritakan tokoh-tokohnya dengan menggambarkan alam jiwanya, perilaku dan perjuangannya bedasar tinjauan jiwa yang mendalam.
Contoh: Atheis (Ahkdiat Kartamiharja)
5) Roman Sosial kemasyarakatan
Menceritakan tokoh-tokohnya dengan mengangkat realita yang terjadi dalam masyarakat pada masa itu 
Contoh: Katak Hendak Jadi Lembu (Nur Sutan Iskandar)
d)  Novel
Cerita fiksi yang menceritakan kehidupan tokoh-tokohnya yang luar biasa yang menimbulkan pergolakan batin sehingga mengubah perjalanan nasib tokohnya.
Contoh: Lupus (Hilman dan Boim)
e)  Cerita Bergambar                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     
Prosa fiksi yang isinya menceritakan  hidup dan kehidupan para tokohnya dengan memvisualisasikan dalam bentuk gambar. Kata lain yang lebih dikenal di masyarakat untuk prosa fiksi jenis ini adalah “komik”.
Pada dasawarsa terakhir, cergam di Indonesia banyak dipengaruhi/ disadur dari Jepang dan Amerika. Contoh: Putri Salju, Putri Angsa, Detektif Conan, Dragon Ball, dll.

f)  Cerita Pendek
prosa fiksi yang isinya menceritakan hidup dan kehidupan para tokohnya dalam bagian dan kurun waktu tertentu. Banyak dijumpai diberbagai media massa.
g)  Fiksi Ilmiah
Prosa fiksi yang menceritakan hidup dan kehidupan manusia dengan mengutamakan tema ilmu pengetahuan dan teknologi.
Contoh: Spiderman, Doraemon, Hulk, dan lain-lain.
b. Prosa Nonfiksi
Merupakan karangan yang benar-benar terjadi, bukan hasil khayalan pengarangnya.
a)    Biografi
b)    Otobiografi
Prosa yang melukiskan riwayat hidup seorang tokoh yang ditulis sendiri oleh pemilik otobiogragi tersebut.
Contoh: Pengalaman Masa Kecil (Nur Sutan Iskandar)
c)    Sejarah
Karangan prosa yang menceritakan sejarah suatu kerajaan yang pada umumnya emngenai silsilah raja dan keturunannya, asal-usul kerajaan (acapkali bercampur dengan dengeng).
Contoh: Sejarah Melayu, Sejarah Babad Jawi, dan Bustanussalatina.
d)    Esai
Karangan sastra dalam bentuk prosa yang emngupas dan membahas mesalah seni dan kebudayaan pada umumnya. Contoh esai untuk sastra anak sulit dijumpai dalam sastra Indonesia. Hal ini dimngkinkan karena penulis dan pembasa esai biasanya orang yang mempunyai bakal/ teori sastra untuk orang dewasa sehingga tulisan esai sangat langka.
2.    Puisi
a.    Puisi Lagu Dolanan
a)    Puisi Lagu, Nyanyian Anak
Lagu dan tembang dapat pula disebut puisi yang dilagukan. Keindahan bahasa puisi lagu dicapai lewat permainan bahasa yang antara lain berupa berbagai bentuk paralelisme struktur dan perulangan, baik perulangan bunyi maupun kata.
Contoh:
BURUNG KAKATUA
ciptaan NN
Burung kakatua hinggap di jendela
Nenek sudah tua giginya tinggal dua
Tektung tektung tektung tralala
Tektung tektung tektung tralala
Burung kakaktua

BALONKU
ciptaan Pak Dal
Balonku ada lima
Rupa-rupa warnanya
Hijau kuning kelabu
Merah muda dan biru
Meletus balon hijau, dor…
Hatiku sangat kacau
Balonku tinggal empat
Kupegang erat-erat
b)    Puisi Tembang Dolanan
Tiap masyarakat yang memiliki latar belakang budaya dan abhasa memiliki puisi-puisi lagu dan nyanyian-nyanyian yang biasa didendangkan untuk meninabobokan dan menimang anak. Masyarakat Jawa dengan bahasa dan budaya Jawa memiliki amat banyak puisi lagu atau tembang-tembang yang dimaksud.
Dilihat dari segi syair yang mendukung, lagu dolanan termasuk dalam puisi, yang dalam bahasa Jawa disebut sebagai geguritan, yaitu geguritan tradisional.
Contoh:
MENTHOG-MENTHOG
Menthog-menthog tak kandhani
Mung rupamu angisin-isini
Mbok ya aja ngetok ana kandhang wae
Enak-enak ngorok ora nyambut gawe
Menthog-menthog mung lakumu
Megal-megol gawe guyu

GUNDHUL PACUL
Gundhul-gundhul pacul-cul, gelelengan
Nyunggi-nyunggi wakul-kul, gembelengan,
Wakul glimpang segane dadi saratan,
Wakul glimpang segane dadi saratan,

Menurut Huck dkk :
a. Balada
Puisi yang berisi cerita, namun diadaptasikan untuk dinyanyikan atau paling tidak memberikan efek nyanyian.
Contoh:
MAMA, ADA ORANG MINTA-MINTA DI PINTU PAGAR
Mama, ada orang minta-minta di pintu pagar 
kasihan sekali. Matanya buta, jalannya meraba-raba
Sherly hanya dapat memberinya sepotong coklat dan
Gula-gula. Karena sisa uang jajanku hari ini habis untuk
membeli buku.

Mama, ada orang minta-minta di pintu pagar
kasihan sekali. Tampaknya lapar dan belum makan dari pagi
Barangkali uang belanja mama amsih tersisa. Sebagian dapat
diberikan padanya, untuk membeli sebungkus nasi atau
makanan

Mama, orang minta-minta itu telah meninggalkan pintu 
pagar. Dengan uang yang dua puluh lima rupiah, wajahnya 
kelihatan  cerah. Ia kembali berjalan tersaruk-saruk dituntun
oleh tongkatnya menuju rumah tetangga.
(Sherly Malington, Bunga Anggrek untuk Mama, 1981: 16)

b. Puisi Naratif
Puisi yang berisi cerita. Puisi “hanyalah” bentuk penyampaian, sedang yang disampaikan adalah cerita.


Contoh:
PUTRI BANGAU
1
Konon dahulu di negeri Jepang
Tersebutlah tentang sebuah dongeng
Mengisahkan seekor bangau yang malang
Sayapnya luka tak bisa terbang

Seorang pak tani setengah baya
Menemukannya dekat telaga
Bangau dipungut diobatinya
Sehingga sembuh sayap yang luka

Sang bangau tak dapat banyak bicara
Pada pak tani berhati mulia
Dalam hatinya ia berjanji
Suatu waktu kan datang kembali   
        ***
2
Datanglah saatnya di suatu pagi
Ketika pak tani lagi sendiri
Datanglah padanya seorang putri
Ingin diterima sebagai istri
Karena tak ada aral melintang
Mereka pun kawin tanpa halangan
Mendirikanlah huma di tengah hutan
Sambil bekerja pagi dan petang
Ketika pak tani di ladang
Sang istri bertenun di dalam kamar

Setelah siap selembar kain
Sarung sutra halus dan indah
Sang istri mohon agar dijual
Kepada pedagang yang dari kota

Karena kainnya sangat indah
Sutra halus tenunan dewi
Pedagang kota sedia membayar
Banyaknya emas sepundi emas

Demikianlah hdup pak tani yang miskin
Menjadi kaya beristri jelita
Mereka rukun saling setia
Nikmati hidup damai bahagia

c.  Puisi Lirik
Puisi yang menggambarkan suasana hati, jiwa, perasaan, dan pikiran. Puisi lirik adalah puisi curahan hati.
Contoh:
PAPAKU
Ya Tuhan...
Aku mohon kau melindungi
dan menjaga papa selalu.
Saat aku masih tidur lelap
Papa sudah berangkat kerja
Mencari nafkah buat kami semua
Tengah malam papa baru pulang
Saat aku sudah tidur pulas
Ya Tuhan...
Terima kasih Kau beri kami
Papa yang baik hati
(Reynaldo Marsadio, SDN Ungaran I Yogyakarta, dimuat di Kedaulatan Rakyat Minggu, 12 Desember 2004, Rublik “ Kawanku, Ka-eR Kecil”)
3.    Drama
Kata drama berasal dari bahasa Yunani, yakni “dram” yang berarti gerak atau perbuatan atau perilaku. Secara definitive drama berarti bentuk sastra yang isinya menceritakan tentang hidup dan kehidupan yang disajikan atau dipertunjukkkan dalam bentuk gerak. Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau televisi. Pada intinya, apa yang disebut drama adalah sebuah genre sastra yang penampilan fisiknya memperlihatkan secara verbal adanya dialog atau percakapan di antara tokoh-tokoh yang ada.







BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sastra anak adalah karya imajinatif dalam bentuk bahasa yang berisi pengalaman, perasaan, dan pikiran anak yang khusus ditujukan bagi anak-anak, ditulis oleh pengarang anak-anak maupun pengarang dewasa..
Sastra anak memiliki karakteristik sebagai pembeda dengan sastra dewasa yang dapat dilihat dari dua segi, yaitu
1.    Segi kebahasaan, meliputi: struktur kalimat, pilihan kata, gaya bahasa/ majas
2.     Segi kesastraan, dilihat dari unsur intrinsiknya
Sarumpaet mengidentifikasi tiga ciri pembeda antara sastra anak-anak dengan sastra dewasa, tiga ciri pembeda itu adalah (1)Unsur Pantangan; (2)Penyajian dengan Gaya Langsung; (3)Fungsi Terapan.
Dalam menentukan jenis ragam sastra anak, ada beberapa pendapat antara lain:
Lukens mengelompokkan genre sastra anak ke dalam enam macam, yaitu:
1.    Realisme: Cerita realism, Realisme Binatang, Realisme Historis, dan Realisme Olahraga
2.    Fiksi Formula: Cerita misterius dan detektif, Cerita romantis dan Novel serial
3.    Fantasi: Cerita fantasi, Cerita Fantasi tinggi dan Fiksi Sain
4.    Sastra Tradisional
5.    Puisi
6.    Nonfiksi: Buku informasi dan Biografi
Pendapat lain, pembagian genre sastar anak berdasarkan analogi pembagian sastra menurut Lukens. Genre sastra anak cukup dibedakan dalam:
1.    Fiksi
2.    Nonfiksi
3.    Puisi
4.    Sastra Tradisional
5.    Komik
Pendapat lain menyebutkan bahwa genre sastra anak sama dengan sastra untuk dewasa, yakni berbentuk prosa, puisi, dan drama. Pembagian tersebut  semata-mata didasarkan atas perbedaan bentuk fisiknya saja, bukan substansinya. Substansi karya sastra apa pun bentuknya tetap sama, yakni pengalaman kemanusiaan dalam segala wujud dan dimensinya.
B.    Saran
1.    Sebagai calon guru Sekolah Dasar, mahasiswa PGSD sebaiknya banyak mempelajari jenis ragam sastra anak
2.    Mahasiswa PGSD sebaiknya termotivasi membuat sastra anak sehingga memperkaya kesastraan Indonesia



Guru Dan Sertifikasi

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang patut pertama kali diucapkan selain ucapan Alhamdulillahi Rabbil Alamin atas segala ni'mat dan karunia Allah Subehanahu Wataala yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufikNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik walaupun dari segi penulisan isi dan pembahasannya masih terdapat kekurangan di sana sini, namun untuk keperluan perbaikan dan penyempurnaan saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan nantinya. makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas guna memperoleh nilai dan menambah pengetahuan khususnya tentang guru dan sertifikasi.
Sejak awal penulis menyadari penyusunan makalah ini, terutama pada tahap analisis dan pembahasan, penulis menghadapi berbagai kendala yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis dalam menyusun suatu karya ilmiah. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak serta kerja sama kami, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya walaupun penulis merasa, masih banyak kekurangan dari segi analisis maupun pembahasannya.
Oleh karenanya, pada kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu baik secara moril maupun materil sejak penerimaan materi sampai pada penelitian dan penyusunan makalah ini, pertama dan kedua yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan arahan bimbingan dan motivasi kepada penulis.   


Yogyakarta, Maret 2012
                                                       
           Penulis



PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan Sertifikasi Guru merupakan salah satu implementasi dari Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Agar sertifikasi guru dapat direalisasikan dengan baik perlu pemahaman bersama antara berbagai unsur yang terlibat, baik di pusat maupun di daerah. Oleh karena itu, perlu ada koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan sertifikasi agar pesan Undang-Undang tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan.
Dan berdasarkan amanat UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 42 dan 61, UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 8, dan PP No.19 Tahun 2005 Pasal 29, guru pada jenis dan jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah wajib memiliki kualifikasi akademik minimal S1 atau D IV sesuai dengan bidang tugasnya, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Di samping persyaratan tersebut, seorang guru harus memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi tersebut tercermin secara integratif dalam kinerja guru dan dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang diperoleh melalui uji kompetensi. Sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui penilaian portofolio dan jalur pendidikan. Penetapan peserta sertifikasi melalui penilaian portofolio berdasarkan pada urutan prioritas masakerja sebagai guru, usia, pangkat/golongan, beban mengajar, tugas tambahan, dan prestasi kerja. Dengan persyaratan tersebut diperlukan waktu yang cukup lama bagi guru muda yang berprestasi untuk mengikuti sertifikasi. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan sertifikasi guru dalam jabatan yang mampu mengakomodasi guru-guru muda berprestasi yaitu melalui jalur pendidikan. Pelaksana sertifikasi melalui jalur pendidikan ini adalah LPTK yang ditunjuk sesuai keputusan Mendiknas No. 122/P/2007. Mengingat pelaksanaan program sertifikasi guru dalam jabatan melalui jalur pendidikan ini melibatkan berbagai institusi terkait dan dalam upaya melakukan penjaminan mutu maka diperlukan pedoman penyelenggaraan.

B.    Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.    Apa yang dimaksud dengan Sertifikasi Guru?
2.    Apa dasar hukum pelaksanaan Sertifikasi Guru?
3.    Apa saja prinsip Sertifikasi Guru?
4.    Apa saja persyaratan untuk Sertifikasi Guru?
5.    Apa tujuan dan manfaat Sertifikasi Guru?
6.    Apa saja kompetensi guru profesional?
7.    Bagaimana prosedur Sertifikasi Guru?
8.    Apa saja Instrumen Sertifikasi Guru?
C.    Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah ke PGRIan
D.    Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari penulisan ini ialah penyusun dan pembaca dapat mengetahui program Sertifikasi Guru dengan lebih jelas.














BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sertifikasi Guru
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikatpendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Sertifikat pendidik adalah sebuah sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi sebagai bukti formal pengakuan profesionalitas guru yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen disebut sertifikat pendidik. Pendidik yang dimaksud disini adalah guru dan dosen. Proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru disebut sertifikasi guru, dan untuk dosen disebut sertifikasi dosen. Guru dalam jabatan adalah guru PNS dan Non PNS yang sudah mengajar pada satuan Pendidik, baik yang diselenggarakan pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat, dan sudah mempunyai perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama. Portofolio adalah bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan pengalaman berkarya/prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu. Sertifikat Pendidik.bagi guru dalam jabatan diperoleh melalui sertifikasi dengan penilaian portofolio atau melalui jalur pendidikan.

B.    Dasar Hukum Pelaksanaan Sertifikasi Guru
Dasar hukum pelaksanaan sertifikasi guru :
(1)    Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
         Nasional.
(2)    Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
(3)    Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
         Pendidikan.
(4)    Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2005 tentang
         Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik.
(5)    Fatwa/Pendapat Hukum Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No.
        I.UM.01.02-253.
(6)    Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang
         Sertifikasi bagi Guru Dalam Jabatan.
(7)    Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 40 Tahun 2007 tentang
         Sertifikasi bagi Guru Dalam Jabatan melalui jalur pendidikan.
(8)    Pedoman Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan untuk Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

C.    Prinsip Sertifikasi Guru
Prinsip sertifikasi guru :
(1)    Dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel
Objektif yaitu mengacu kepada proses perolehan sertifikat pendidik yang impartial, tidak diskriminatif, dan memenuhi standar pendidikan nasional. Transparan yaitu mengacu kepada proses sertifikasi yang memberikan peluang kepada para pemangku kepentingan pendidikan untuk memperoleh akses informasi tentang proses dan hasil sertifikasi. Akuntabel merupakan proses sertifikasi yang dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan pendidikan secara administratif, finansial, dan akademik.
(2)    Berujung pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui peningkatan guru dan kesejahteraan guru. Sertifikasi guru merupakan upaya Pemerintah dalam meningkatkan mutu guru yang disertai  dengan peningkatan kesejahteraan guru. Guru yang telah lulus uji sertifikasi guru akan diberi tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok sebagai bentuk upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan guru. Tunjangan tersebut berlaku, baik bagi guru yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) maupun bagi guru yang berstatus non-pegawai negeri sipil (non PNS/swasta). Dengan peningkatan mutu dan kesejahteraan guru maka diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan.
(3)    Dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan
Program sertifikasi pendidik dilaksanakan dalam rangka memenuhi amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
(4)    Dilaksanakan secara terencana dan sistematis
Agar pelaksanaan program sertifikasi dapat berjalan dengan efektif dan efesien harus direncanakan secara matang dan sistematis. Sertifikasi mengacu pada kompetensi guru dan standar kompetensi guru. Kompetensi guru mencakup empat kompetensi pokok yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional, sedangkan standar kompetensi guru mencakup kompetensi inti guru yang kemudian dikembangkan menjadi kompetensi guru TK/RA, guru kelas SD/MI, dan guru mata pelajaran. Untuk memberikan sertifikat pendidik kepada guru, perlu dilakukan uji kompetensi melalui penilaian portofolio.
(5)    Jumlah peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah
Untuk alasan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan sertifikasi guru serta penjaminan kualitas hasil sertifikasi, jumlah peserta pendidikan profesi dan uji kompetensi setiap tahunnya ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan jumlah yang ditetapkan pemerintah tersebut, maka disusunlah kuota guru peserta sertifikasi untuk masing-masing Provinsi dan Kabupaten/Kota. Penyusunan dan penetapan kuota tersebut didasarkan atas jumlah data individu guru per Kabupaten/ Kota yang masuk di pusat data Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

D.    Persyaratan Untuk Sertifikasi Guru
Persyaratan ujian sertifikasi dibedakan menjadi dua, yaitu persyaratan akademik dan nonakademik.
Adapun persyaratan akademik adalah sebagai berikut:
(1)    Bagi guru TK/RA , kualifikasi akademik minimum D4/S1, latar belakang pendidikan tinggi di bidang PAUD, Sarjana Kependidikan lainnya, dan Sarjana Psikologi.
(2)    Bagi guru SD/MI kualifikasi akademik minimum D4/S1 latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan SD/MI, kependidikan lain, atau psikologi.
(3)     Bagi guru SMP/MTs dan SMA/MA/SMK, kualifikasi akademik minimal D4/S1 latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan.
(4)    Bagi guru yang memiliki prestasi istimewa dalam bidang akademik, dapat diusulkan mengikuti ujian sertifikasi berdasarkan rekomendasi dari kepala sekolah, dewan guru, dan diketahui serta disahkan oleh kepala cabang dinas dan kepala dinas pendidikan.
Persyaratan nonakademik untuk ujian sertifikasi dapat didentifikasi sebagai berikut:
(1)    Umur guru maksimal 56 tahun pada saat mengikuti ujian sertifikasi.
(2)      Prioritas keikutsertaan dalam ujian sertifikasi bagi guru didasarkan pada
          jabatan  fungsional, masa kerja, dan pangkat/golongan.
(3)     Bagi guru yang memiliki prestasi istimewa dalam nonakademik, dapat
         diusulkan mengikuti ujian sertifikasi berdasarkan rekomendasi dari kepala
         sekolah, dewan guru, dan diketahui serta disahkan oleh kepala cabang   
         dinas dan kepala dinas pendidikan.
(4)   Jumlah guru yang dapat mengikuti ujian sertifikasi di tiap wilayah
        Ditentukan oleh Ditjen PMPTK berdasarkan prioritas kebutuhan

E.    Tujuan Dan Manfaat Sertifikasi Guru
Secara umum tujuan sertifikasi guru adalah untuk meningkatkan mutu dan menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan meningkatkan kompetensi peserta agar mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Secara khusus program ini bertujuan sebagai berikut.
(1)    Meningkatkan kompetensi guru dalam bidang ilmunya.
(2)    Memantapkan kemampuan mengajar guru.
(3)    Menentukan kelayakan kompetensi seseorang sebagai agen
         pembelajaran.
(4)    Sebagai persyaratan untuk memasuki atau memangku jabatan
         professional sebagai pendidik.
(5)    Mengembangkan kompetensi guru secara holistik sehingga mampu
         bertindak secara profesional.
(6)    Meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan penelitian dan
         kegiatan ilmiah lain, serta memanfaaatkan teknologi komunikasi
         informasi untuk kepentingan pembelajaran dan perluasan wawasan.
Adapun manfaat ujian sertifikasi guru dapat diperikan sebagai berikut.
1.     Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru.
2.    Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan profesional.
3.    Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK , dan kontrol mutu dan jumlah guru bagi pengguna layanan pendidikan.
Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan (LPTK) dari keinginan internal dan tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku.
4.     Memperoleh tujangan profesi bagi guru yang lulus ujian sertifikasi.

F.    Kompetensi Guru Profesional
Menurut PP RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Dalam konteks itu, maka kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi. Keempat jenis kompetensi guru yang dipersyaratkan beserta subkom- petensi dan indikator esensialnya diuraikan sebagai berikut:


1)    Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci setiap elemen kepribadian tersebut dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:
a.    Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil.
Bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai pendidik; dan memeliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma
b.    Memiliki kepribadian yang dewasa.
Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai pendidik.
c.     Memiliki kepribadian yang arif
Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
d.     Memiliki kepribadian yang berwibawa.
Memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
e.    Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan.
Bertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik
2)    Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Secara substantif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci masing-masing elemen kompetensi pedagogik tersebut dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut : 
a.    Memahami peserta didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memamahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidenti- fikasi bekal-ajar awal peserta didik.
b.     Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidik-an untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
c.    Melaksanakan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
d.     Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Subkompe-tensi ini memiliki indikator esensial: melaksanakan evaluasi (assess-ment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
e.    Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengem-bangkan berbagai potensi nonakademik.
        3)     Kompetensi Profesional
Kompetensi professional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum matapelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru.
Secara rinci masing-masing elemen kompetensi tersebut memiliki subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut :
a.    Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antarmata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
b.    Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk me-nambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
      4)     Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut :
a.    Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
b.    Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
c.    Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

G.    Prosedur Sertifikasi Guru
Penyelenggaraan ujian sertifikasi guru melibatkan unsur lembaga, sumberdaya manusia, dan sarana pendukung. Lembaga penyelenggara ujian sertifikasi adalah LPTK yang terakreditasi dan ditunjuk oleh Pemerintah, yang anggotanya dari unsur lembaga penghasil (LPTK), lembaga pengguna (Ditjen Didasmen, Ditjen PMPTK, dan dinas pendidikan provinsi), dan unsur asosiasi profesi pendidik.
     Sumber daya manusia yang diperlukan dalam ujian sertifikasi adalah pakar dan praktisi dalam berbagai bidang keahlian dan latar belakang pendidikan yang relevan. Sumber daya manusia tersebut berasal dari anggota penyelenggara di atas. Sarana pendukung yang diperlukan dalam penyelenggaraan ujian sertifikasi adalah sarana akademik, praktikum dan administratif. Sarana pendukung ini disesuaikan dengan bidang keahlian, bidang studi, rumpun bidang studi yang menjadi tujuan ujian sertifikasi yang dilaksanakan
Adapun prosedur dalam penyelenggaraan ujian sertifikasi yang diselenggarakan oleh Ditjen PMPTK sebagai berikut:
1.    Mempersiapkan perangkat dan mekanisme ujian sertifikasi serta melakukan sosialisasi ke berbagai wilayah (provinsi/ kabupaten/ kota) .
Melakukan rekrutmen calon peserta ujian sertifikasi sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan, baik persyaratan administratif, akademik, maupun persyaratan lain.
2.    Memilih dan menetapkan peserta ujian sertifikasi sesuai dengan persyaratan, kapasitas, dan kebutuhan.
3.    Mengumumkan calon peserta ujian sertifikasi yang memenuhi syarat untuk setiap wilayah.
4.    Melaksanakan tes tulis bagi peserta ujian sertifikasi di wilayah yang ditentukan.
5.    Melaksanakan pengadministrasian hasil ujian sertifikasi secara terpusat, dan menentukan kelulusan peserta dengan ketuntasan minimal yang telah ditentukan.
6.    Mengumumkan kelulusan hasil tes uji tulis sertifikasi secara terpusat melalui media elektronik dan cetak.
7.    Memberikan bahan (IPKG I, IPKG II, instrumen Self-appraisal da portofolio, format penilaian atasan, dan format penilaian siswa) kepada peserta yang dinyatakan lulus tes tulis untuk persiapan uji kinerja.
8.    Melaksanakan tes kinerja dalam bentuk real teaching ditempat yang telah ditentukan.
9.    Mengadministrasikan hasil uji kinerja, dan mentukan kelulusannya berdasarkan akumulasi penialian dari uji kinerja, self-appraisal, portofolio dengan ketuntasan minimal yang telah ditentukan.
10.    Memberikan sertifikat kepada peserta uji sertifikasi yang dinyatakan lulus.

H.    Instrumen Sertifikasi Guru
Instrumen sertifikasi guru terdiri atas :
(1)    Kelompok instrumen tes dan kelompok instrumen nontes. Kelompok instrumen tes meliputi tes tulis dan tes kinerja. Tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda yang meliputi kompetensi pedagogik dan profesional. Tes kinerja dalam bentuk real teaching dengan menggunakan IPKG I dan IPKG II, yang mencakup juga indikator untuk mengukur kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.
(2)    Kelompok instrumen nontes meliputi self-appraisal dan portofolio. Instrumen self-appraisal dan portofolio memberi kesempatan guru untuk menilai diri sendiri dalam aktivitasnya sebagai guru. Setiap pernyataan dalam melakukan sesuatu atau berkarya harus dapat dibuktikan dengan bukti fisik berupa dokumen yang relevan. Bukti fisik tersebut menjadi bagian penilaian portofolio. Kesemua instrumen ujian sertifikasi diasjikan pada lampiran.






BAB III
PENUTUP

Berdasarkan pembahasan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat
    Pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru.
2. Dasar hukum pelaksanaan sertifikasi guru :
a.    Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
b.    Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
c.    Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional  
Pendidikan.
d.    Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2005 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik.
e.    Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru Dalam Jabatan.
f.    Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 40 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru Dalam Jabatan melalui jalur pendidikan.
g.    Pedoman Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan untuk Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
3.    Prinsip sertifikasi guru :
a.    Dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel
Berujung pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui  peningkatan guru dan kesejahteraan guru.
b.    Dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan
Dilaksanakan secara terencana dan sistematis
c.    Jumlah peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah
4.    Persyaratan ujian sertifikasi dibedakan menjadi dua, yaitu persyaratan akademik  dan nonakademik.
5.    Tujuan sertifikasi guru :
a.    Meningkatkan kompetensi guru dalam bidang ilmunya.
b.    Memantapkan kemampuan mengajar guru.
c.    Menentukan kelayakan kompetensi seseorang sebagai agen pembelajaran.
Sebagai persyaratan untuk memasuki atau memangku jabatan professional sebagai pendidik.
d.    Mengembangkan kompetensi guru secara holistik sehingga mampu bertindak secara profesional.
e.    Meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan penelitian dan kegiatan ilmiah lain, serta memanfaaatkan teknologi komunikasi informasi untuk kepentingan pembelajaran dan perluasan wawasan.
Manfaat sertifikasi guru :
1.    Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru.
2.    Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan profesional.
3.    Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK , dan kontrol mutu dan jumlah guru bagi pengguna layanan pendidikan.
4.    Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan (LPTK) dari keinginan internal dan tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku.
5.    Memperoleh tujangan profesi bagi guru yang lulus ujian sertifikasi.
Menurut PP RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.
 Prosedur dalam penyelenggaraan ujian sertifikasi yang diselenggarakan oleh Ditjen PMPTK sebagai berikut:
1.    Mempersiapkan perangkat dan mekanisme ujian sertifikasi serta melakukan sosialisasi ke berbagai wilayah (provinsi/ kabupaten/ kota)
2.    Melakukan rekrutmen calon peserta ujian sertifikasi sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan, baik persyaratan administratif, akademik, maupun persyaratan lain.
3.    Memilih dan menetapkan peserta ujian sertifikasi sesuai dengan persyaratan, kapasitas, dan kebutuhan.
4.    Mengumumkan calon peserta ujian sertifikasi yang memenuhi syarat untuk setiap wilayah.
5.    Melaksanakan tes tulis bagi peserta ujian sertifikasi di wilayah yang ditentukan.
6.    Melaksanakan pengadministrasian hasil ujian sertifikasi secara terpusat, dan menentukan kelulusan peserta dengan ketuntasan minimal yang telah ditentukan.
7.    Mengumumkan kelulusan hasil tes uji tulis sertifikasi secara terpusat melalui media elektronik dan cetak.
8.    Memberikan bahan (IPKG I, IPKG II, instrumen Self-appraisal da portofolio, format penilaian atasan, dan format penilaian siswa) kepada peserta yang dinyatakan lulus tes tulis untuk persiapan uji kinerja.
9.    Melaksanakan tes kinerja dalam bentuk real teaching ditempat yang telah ditentukan.
10.    Mengadministrasikan hasil uji kinerja, dan mentukan kelulusannya berdasarkan akumulasi penialian dari uji kinerja, self-appraisal, portofolio dengan ketuntasan minimal yang telah ditentukan.
11.    Memberikan sertifikat kepada peserta uji sertifikasi yang dinyatakan lulus.

Instrumen ujian sertifikasi terdiri atas :
a.    Kelompok instrumen tes dan kelompok instrumen nontes. Kelompok instrumen 
tes  meliputi tes tulis dan tes kinerja.
b.     Kelompok instrumen nontes meliputi self-appraisal dan portofolio. Instrumen selfappraisal dan portofolio memberi kesempatan guru untuk menilai diri sendiri dalam aktivitasnya sebagai guru.






DAFTAR PUSTAKA
http://hima.teknodik.net  diakses tanggal 18 Mei 2009
http://jalan-mendaki.blogspot.com diakses tanggal 18 Mei 2009
http:// www.sertifikasiguru.org  diakses tanggal 18 Mei 2009

Psikologi Pendidikan

PSIKOLOGI INDIVIDUAL MENURUT ALFRED ADLER

A.    Pokok-pokok Teori Alfred Adler
Pengertian pokok teori Adler adalah sebagai berikut:
1.    Individualitas sebagai pokok persoalan perjuangan menjadi sukses atau superiorita.
     Menurut Adler, setiap orang adalah suatu konvigurasi motif-motif, sifat-sifat serta nilai-nilai khas yang setiap tindak yang dilakukan seseorang membawakan corak khas gaya kehidupan yang bersifat individual. Adler yakin bahwa setiap individu memulai hidup dengan kelemahan fisik yang mengaktifkan perasaan inferior, yaitu perasaan yang membuat orang untuk berjuang menjadi superiorita atau menjadi sukses.

2.    Pandangan Teleolosis Finalisme semu
     Adler menemukan gagasan bahwa manusia lebih didorong oleh harapan-harapan masa depan daripada pengalaman masa lampau. Dalam membimbing tingkah laku setiap orang untuk menciptakan tujuan final yang semu, memakai bahan dari keturunan dan lingkungan. Tujuan ini semu karena mereka tidak harus didasarkan pada kenyataan, tetapi tujuan itu lebih menggambarkan pikiran orang itu mengenai bagaimana seharusnya kenyataan itu, didasarkan pada interpretasi subjektifnya mengenai dunia. Tujuan final adalah hasil dari kekuatan kreatif individu, kemampuan membentuk tingkah laku diri, dan menciptakan kepribadian diri. Pada usia 4 atau 5 tahun, pikiran anak mencapai tingkat perkembangan yang membuat mereka mampu menentukan tujuan final, bahkan  bayi pun sesungguhnya sudah memiliki dorongan yang dibawa sejak lahir untuk tumbuh menjadi lengkap atau sukses.


3.    Dua dorongan pokok yang melatarbelakangi segala tingkah laku manusia.
a)    Dorongan kemasyarakatan
Yaitu segala hal yang dapat mendorong manusia untuk bertindak mengabdi pada masyarakat.
b)    Dorongan keakuan
Yaitung segala hal yang dapat mendorong manusia untuk bertindak mengabdi pada diri sendiri.
Mengenai dorongan keakuan, pendapat Adler mengalami perkembangan yaitu dorongan untuk mengatasi perasaan inferior menjadi superior. Jadi, tingkah laku manusia ditentukan oleh pandangan masa depan, tujuan, dan harapan kita. Didorong oleh perasaan inferior dan ditarik menjadi superior maka orang mencoba hidup sesempurna mungkin. Inferior bagi Adler berarti perasaan lemah dan tidak terampil dalam menghadapi tugas yang harus diselesaikan tetapi bukan rendah diri terhadap orang lain dalam pengertian umum. Superiorita bukan lebih baik dibanding orang lain atau mengalah dari orang lain, tetapi berjuang menuju superiorita berati berjuang terus menerus untuk menjadi lebih baik lagi dan semakin dekat dengan tujuan final.

4.    Rasa rendah diri dan kompensasi
     Adler berpendapat bahwa rasa rendah diri bukanlah tanda dari sebuah ketidaknormalan melainkan pendorong bagi segala perbaikan dalam kehidupan manusia. Tentu saja dapat berupa rasa rendah diri yang berlebih-lebihan sehingga manifestasinya tidak normal. Misalnya saja seperti timbulnya rasa rendah diri atau untuk menjadi superior. Tetapi dalam kehidupan nyata, rasa rendah diri merupakan pendorong ke arah kemajuan atau kesempurnaan (superior). Dalam hal ini perlu dicatat bahwa Adler bukan seorang hedonist meski rasa rendah diri membawa penderitaan, namun hilangnya rasa rendah diri tidak selamanya mendapat kenikmatan. Bagi Adler, tujuan manusia bukanlah mendapat kenikmatan akan tetapi mencapai kesempurnaan.
5.    Dorongan kemasyarakatan
Dorongan kemasyarakatan adalah dasar yang dibawa sejak lahir  yang pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Namun kemungkinan bawaan mengabdi pada masyrakat itu tidak nampak secara spontan melainkan harus dibimbing dan dilatih. Dorongan kemasyarakatan menggantikan dorongan kekuatan. Namun keseluruhan dari kedua dorongan pokok (dorongan kemasyarakatan dan keakuan) amatlah penting

6.    Gaya hidup
Gaya hidup adalah prinsip yang dapat dipakai sebagai landasan untuk memahami tingkah laku seseorang dan inilah yang melatarbelakangi sifat khas seseorang. Gaya hidup seseorang sudah terbentuk antara umur 3 - 5 tahun dan selanjutnya segala pengalaman dihadapi serta diasimilasikan sesuai dengan gaya hidup yang khas itu. Setelah gaya hidup terbentuk, praktis tidak dapat diubah lagi. Menurut Adler, gaya hidup ditentukan oleh inferioritas yang khusus. Jadi, gaya hidup merupakan bentuk kompensasi terhadap kurang sempurnanya suatu hal tertentu.

7.    Diri yang kreatif
Diri yang kreatif adalah penggerak utama pegangan filsafat sebab merupakan hal pertama bagi semua tingkah laku. Diri yang kreatif bersifat padu, konsisten, dan berdaulat dalam struktur kepribadian. Menurut Adler, keturunan memberi “kemampuan tertentu” dan lingkungan memberi “kesan tertentu”. Jadi, diri kreatif adalah sarana untuk mengolah fakta-fakta dunia dan mentransformasikan fakta tersebut menjadi kepribadian yang bersifat subjektif, dinamaika, menyatu, personal, dan unik.



B.    Arti Psikologi Individual
Psikologi individual mempunyai arti penting sebagai cara untuk memahami tingkah laku manusia. Praktek pendidikan teori Adler ini  mempunyai arti yang sangat penting karena:
1.    Penentuan tujuan-tujuan yang susila
a.    Keharusan memikul tanggung jawab.
b.    Keberanian menghadapi kesulitan hidup.
c.    Mengurangi dorongan keakuan dan mengembangkan dorongan kemasyarakatan.
d.    Mengenali diri-sendiri dan menunjukkan kecenderungan egoistis yang tersembunyi.
2.    Optimismenya dalam bidang pendidikan.
Membuat kepribadian anak menjadi optimis dalam bidang pendidikan. Sehingga cara ini banyak ditempuh oleh ahli lain, seperti Erich Fromm (1941).

Beberapa kelemahan teori Adler:
1.    Kehidupan jiwa dipandang terlalu sederhana.
2.    Latar belakang seseorang dipandang rendahdan pengaruh dari lingkungan dinilai berlebihan.











C.    Pengaruh Adler
Pengaruh Adler di Amerika meluas berkat adanya “The American Society of Individal Psychology”, sedangkan di Eropa pengikutnya cukup banyak, salah satu di antara mereka adalah Fritz Kunkel dengan karya utamanya Einfuhrung in die Charakterkunde (Zurich; 1928,1950). Pendapat Kunkel yang berpegang teguh pada dasar pikiran Adler dikemukakan sebagai berikut:
1.    Dua dorongan pokok
Seperti Adler, Kunkel berpendapat bahwa kehidupan jiwa adalah dinamis dan perubahan ini dikarenakan adanya dua dorongan yang saling bertentangan, yaitu:
a.    Dorongan keakuan (Inchhaftigkeit atau Unsachlichkeit), maksudnya dorongan untuk mengabdi kepada diri sendiri.
b.    Dorongan kekitaan (Wirhaftigkeit atau Sachlichkeit), maksudnya dorongan untuk mengabdi pada dunia luar atau lingkungan masyarakat.

2.    Termometer penilai diri
Saling berhubungan antara dua dorongan pokok dalam diri manusia digambarkan dalam termometer penilai diri. Hukum psikis yang berlaku pada termometer penilai diri antara lain:
a.    Makin besar rasa rendah diri makin besar pula usaha membanggakan diri sendiri, dan sebaliknya.
b.    Makin besar dorongan keakuan makin kecil dorongan kekitaan sehingga daerah gerak dalam masyarakat semakin sempit, dan sebaliknya. Dalam teori ini terdapat dua sikap hidup yang ekstrem, yaitu:
1)    Orang yang hanya berhubungan dengan dirinya sendiri tanpa ada hubungan dengan orang lain. Contohnya orang sakit jiwa.
2)    Orang yang tingkah lakunya hanya mementingkan dorongan kekitaan sehingga dorongan keakuan menjadi terkikis. Contohnya para pemuka agama.
3.    Apersepsi bertendes dan dresat
Apersepsi bertendes yaitu suatu tendens yang menyebabkan orang lain menyimpang dari kenyataan.
Sedangkan dresat adalah kebiasaan memandang sesuatu dari sudut tertentu dan bersifat memaksa.

4.    Umfinalisierung
Umfinalisierung menggambarkan perbuatan yang dilakukan tidak dengan semestinya.

5.    Lingkaran Setan  dan Proses Pencerahan
Maksudnya seseorang sangat terikat akan rasa akunya dan tidak berani menghadapi kenyataan sehingga menderita rasa rendah diri. Hal ini mendorong seseorang untuk berusaha menutup kekurangannya atau mencapai kompensasi. Kalau usaha ini gagal maka rasa rendah diri akan lebih mendalam, usaha ke arah kompensasi makin kuat, rintangan makin besar, dan akibatnya kesulitan yang dihadapi makin besar sehingga daya penyesuaian diri makin kecil serta ruang hidup secara psikologis bertambah sempit.
Proses pencerahan ini melewati beberapa fase:
a.    Fase pertama adalah fase mendapatkan pengertian yang benar megenai diri sendiri.
b.    Fase kedua adalah berani menghadapi kenyataan.









KESIMPULAN
Psikologi individual menurut Adler mempunyai arti yang sangat penting sebagai cara untuk memahami tingkah laku manusia. Pengaruh teori dari Adler ini cukup luas terutama di Amerika dan Eropa. Psikologi individual ini mempunyai pokok teori antara lain:
1.    Individualitas sebagai pokok persoalan dalam perjuangan menjadi sukses
2.    Pandangan teleologis finalisme semu
3.    Dua dorongan yang melatarbelakangi tingkah manusia
4.    Rasa rendah diri dan kompensasi
5.    Dorongan kemasyarakatan
6.    Gaya hidup leitlinie
7.    Diri yang kreatif.

Makalah Laboran

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Laboratorium merupakan salah satu sarana penunjang proses belajar mengajar, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Dalam pelaksanaannya, sarana dan prasarana saja tentu belum cukup. Laboratorium di tingkat perguruan tinggi, perlu dikelola oleh orang-orang yang tentunya berkompeten di bidangnya agar kegiatan praktikum dan penelitian yang mendukung pembelajaran dan pengembangan keilmuwan berlangsung secara optimal. Laboratorium merupakan ruangan baik tertutup maupun terbuka yang dirancang sesuai dengan kebutuhan untuk melakukan aktivitas yang berkaitan dengan fungsi-fungsi pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Aktivitas yang dimaksud adalah kegiatan yang saling terintegrasi serta ditunjang oleh adanya suatu infrastruktur yang dibutuhkan demi terwujudnya hasil optimal. Salah satunya adalah laboran, yaitu tenaga kependidikan yang bekerja di laboratorium dan membantu proses pembelajaran mahasiswa vokasi dan akademik Strata 0,1,2, dan 3, serta penelitian dosen.
Keberadaan laboran di suatu laboratorium sangatlah penting dalam menentukan keberhasilan akademik dan dosen. Oleh karena itu, laboran seyogyanya memiliki hard skills dan soft skills yang memadai. Inisiatif, ketekunan, kreatifitas, kecakapan, dan keterampilan serta pengetahuan yang dikuasai laboran membantu efisiensi dan efektifitas serta produktifitas dari laboratoriun yang dikelola perguruan tinggi.
Suatu laboratorium terdiri dari sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan yaitu berupa peralatan laboratorium dan sumber daya manusia; sejalan dengan hal tersebut maka laboratorium perlu diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku dimasing-masing perguruan tinggi. Mengingat tersedianya peralatan serta beban kerja yang harus dilaksanakan laboran, maka diperlukan sistem manajemen pengelolaan (meliputi pengoperasian dan perawatan) peralatan laboratorium dan seluruh kegiatan laboratorium. Manajemen ini meliputi struktur organisasi, pembagian kerja, serta susunan Tim yang mengelola laboraturium. Selain harus ada kepala dan sekretaris laboraturium diperlukan laboran, teknisi, dan analisis (untuk menganalisis terhadap suatu data hasil percobaan yang diperlukan).

B.    Rumusan Masalah
a.    Apakah pengertian laboran
b.    Apa dasar hukum atau peraturan perundang-undangan tentang laboran
c.    Apakah Syarat-syarat menduduki profesi laboran
d.    Sistem pemberian imbalan/penggajian/honorarium laboran
e.    Apa saja tugas-tugas laboran
f.    Pembinaan pegawai laboran
g.    Bagaimana pengembangan karier (kenaikan jabatan yang harus dipenuhi)
h.    Organisasi profesi (wadah anggota profesi)
i.    Kode etik

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.














BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian laboran
Laboran adalah petugas non guru yang membantu guru untuk  melaksanakan kegiatan praktikum/peragaan (meliputi penyiapan bahan, membantu pelaksanaan praktikum serta mengemasi/ membersihkan bahan dan alat setelah praktikum).
Laboran juga dapat dikatakan sebagai Tenaga Kependidikan yang bekerja di laboratorium dan membantu proses belajar mengajar mahasiswa vokasi dan akademik Strata 1, 2 dan 3, serta penelitian dosen. Keberadaan Laboran di suatu laboratorium sangatlah penting dalam menentukan keberhasilan akademik dosen dan mahasiswa. Untuk ini, Laboran seyogyanya memiliki hard skills dan soft skills yang memadai. Inisiatif, ketekunan, kreatifitas, kecakapan dan keterampilan serta pengetahuan yang dikuasai oleh Laboran, seringkali membantu efisiensi dan efektifitas serta produktifitas dari laboratorium yang dikelola oleh perguruan tinggi.
Laboran adalah orang yang bertugas membantu aktivitas mahasiswa di laboratorium dalam melakukan suatu kegiatan pendidikan dan penelitian. Dalam melakukan tugasnya, seorang Laboran bertanggung jawab dalam menyediakan peralatan yang diperlukan untuk kegiatan praktikum (praktek kerja) dan penelitian serta mengembalikan peralatan tersebut ke tempat semula, merapikan dan membersihkan area kerja setelah kegiatan selesai dilakukan. Laboran juga mencakup:
a.    Teknisi yaitu orang yang berperan untuk beroperasinya peralatan laboratorium misalnya listrik, air, komputer dan perbengkelan, disamping pemeliharaan/ perawatannya.
b.    Analisis yaitu orang yang mempunyai keahlian untuk melakukan analisis pada bidang tertentu.
Laboran, Teknisi maupun Analisis yang handal sangat diperlukan, mereka mempunyai keahlian/kompetensi di bidangnya. Misalnya untuk Laboran di laboratorium Kimia diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi dan pemahaman dalam bidang kimia dengan kualifikasi minimum D-3 dibidang kimia.


Dasar Hukum tentang Laboran
1.    Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.     
2.    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
3.    Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
4.    Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 36 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
5.    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi.
6.    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 61 Tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Sebagai Badan Hukum.
7.    Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 15 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
8.    Higher Education Long Term Strategy (HELTS) Tahun 2003-2010. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Syarat-syarat menduduki Profesi Laboran
1.    Warganegara RI
2.    Laboran yang dalam tiga tahun terakhir Memiliki prestasi yang sangat bermanfaat dan dapat dibanggakan, serta diakui pada skala nasional.
3.    Laboran yang berpendidikan minimal DIII dapat mengikuti kompetisi Laboran berprestasi tanpa dibatasi usia, kepangkatan dan golongan, jabatan pimpinan  perguruan tinggi dan jabatan akademik.
4.    Berpengalaman minimal 5 tahun sebagai laboran atau teknisi.
5.    Memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah.
6.    Karya Prestasi
a.    Mempunyai kemampuan dan pemahaman dalam bidang yang berhubungan dengan bidang-bidang ilmu di laboratorium tempat Laboran bekerja. Misalnya Laboran di laboratorium kimia harus benar-benar mampu dan paham dalam bidang yang berhubungan dengan kimia.
b.    Mampu mengoperasikan dan merawat/memelihara sepenuhnya alat-alat laboratorium dan tidak sepenuhnya diserahkan kepada pengguna laboratorium. Hal ini diperlukan untuk menjaga keamanan pengguna (alat-alat berat) atau menghindari kerusakan alat.
c.    Mampu memotivasi pengguna laboratorium melahirkan hasil karya yang  mempunyai nilai jual. Hasil karya laboratorium yang mempunyai nilai jual ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi keberlanjutan  laboratorium.
d.    Mampu menjaga keberlanjutan (sustainability) laboratorium serta dapat meningkatkan citra  laboratorium perguruan tinggi sehingga  menempatkan perguruan tinggi tersebut pada kedudukan yang lebih baik.
e.    Mempunyai daya kreativitas tinggi untuk mengembangkan Laboraturium tempat bekerja sesuai atau melebihi standar nasional pendidikan.

Sistem Pemberian Gaji laboran
Sistem penggajian laboran saat ini adalah Pegawai yang diberikan gaji dan ditambah tunjangan kepada Pegawai yang melaksanakan pekerjaan tertentu yang sifatnya terus menerus.
Komposisi: gaji pokok + tunjangan (-) potongan yang sah.
UU 8 Tahun 1974 menyatakan bahwa setiap Pegawai berhak memperoleh gaji yang layak sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya.

Pola dasar perhitungan gaji yang cukup fleksibel hendaknya mencerminkan 5 (lima) hal pokok, yaitu:
1.    Upah/gaji harus mencerminkan nilai pekerjaan/tugas
2.    Kenaikan gaji hendaknya sebanding dengan peningkatan produktivitas kerja
3.    Peningkatan gaji hendaknya diperhitungkan dengan keuntungan negara dan penampilan individu pegawai.
4.    Peningkatan gaji tidak diberikan dalam basis yang permanen
5.    Adanya ukuran yang stabil dari penghasilan kerja.



Adapun tugas pokok laboran:
a.    Pengaturan jadwal praktikum (bersama tim kurikulum sekolah) dan pendaftaran praktikum (untuk siswa).
b.    Bertanggung jawab dalam penyusunan dan pengadaan bahan dan peralatan(bukan alat utama), termasuk merawat dan perbaikan alat.
c.    Mempersiapkan bahan dan alat praktikum sebelum praktikum dijalankan
d.    Presensi/absensi siswa dan mengawasi jalannya praktikum dan memberi layanan keperluan praktikum.
e.    Inventarisasi dan pengadministrasian alat-alat laboratorium.
f.    Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan laboratorium dan diketahui oleh Waka Kurikulum.
g.    Mengontrol pemakaian laboratorium secara rutin.
h.    Mengontrol kondisi-keadaan perangkat dan sarana laboratorium secara rutin.
i.    Mendata dan menyusun daftar inventarisasi alat dan bahan laboratorium
j.    Menginventarisasi dan menyusun jadwal penggunaan laboratorium guru bidang studi
k.    Mempersiapkan alat dan atau bahan pratikum yang diperlukan dalam pembelajaran.
l.    Mendampingi guru selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran laboratorium/praktikum mapun eksperimen.  
m.    Merawat maupun memelihara alat serta  merapikannya setelah digunakan
n.    Mencatat dan mendata alat yang rusak atau habis setelah digunakan
o.    Mengajukan daftar pengadaan alat dan bahan beserta rencana belanja laboratorium kepada kepala urusan sarana dan prasarana.
p.    Menyusun hasil pembelajaran/kegiatan serta mengatur penempatan secara baik untuk   disimpan, dirawat, dan digunakan dalam kegiatan berikutnya.
q.    Mengemasi, membersihkan dan menata peralatan praktikum setelah praktikum selesai
r.    Memberikan laporan administrasi pemakaian laboratorium ke Waka Kurukulum, Waka Sarana dan Kepala Sekolah.

Pembinaan Laboran
Pembinaan atau pengembangan tenaga laboran merupakan usaha mendayagunakan, memajukan dan meningkatkan produktivitas kerja setiap tenaga kependidikan yang ada di seluruh tingkatan manajemen organisasi dan jenjang pendidikan. Tujuan dari kegiatan pembianaan ini adalah tumbuhnya kemampuan setiap tenaga kependidikan yang meliputi pertumbuhan keilmuan, wawasan berpikir, sikap terhadap pekerjaan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sehingga produktivitas kerja dapat ditingkatkan.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pembinaan tenaga laboran, yaitu:
1.    Pengajaran dan pelatih di bidang pengelolaan laboratorium;
2.    Pemberian bimbingan di bidang pengelolaan laboratorium;
3.    Peran serta dalam seminar/lokakarya di bidang pengelolaan laboratorium;
4.    Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang pengelolaan laboratorium;
5.    Cara yang lebih populer adalah melalui penataran (inservice training) baik dalam     rangka  penyegaran  maupun dalam rangka peningkatan kemampuan tenaga     kependidikan. Cara-cara lainnya dapat dilakukan, misalnya mengikuti kegiatan atau kesempatan,  service training, on the job training, seminar, workshop, diskusi panel, rapat-rapat, simposium, konferensi dan sebagainya.

Pengembangan karier laboran
Peningkatan karier laboran melalui pendidikan, terutama bagi tenaga honorer muda yang masih berpeluang menjadi PNS. Training juga dapat dilaksanakan dengan progam yang jelas dan terarah.
Dalam rangka pengembangan karier tenaga teknisi/laboran yang melaksanakan tugas pada laboratorium pendidikan, telah ditetapkan PERMENPAN Nomor 03 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Pendidikan dan Angka Kreditnya dan Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala BKN Nomor 02/V/PB/2010 dan Nomor 13 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pranata Laboraturium Pendidikan dan Angka Kreditnya.
Memperhatikan ketentuan Pasal 38 PERMENPAN Nomor 03 Tahun 2010, berikut ketentuan penyesuaian dalam jabatan (inpassing)tenaga teknisi/laboran menjadi pejabat fungsional Pranata Laboratorium Pendidikan sebagai berikut :
Teknisi yang dapat diusulkan inpasssing adalah yang telah dan masih melaksanakan tugas di bidang pengelolaan laboratorium pendidikan yang dibuktikan dengan surat pernyataan dari pejabat yang berwenang yaitu untuk lingkungan perguruan tinggi negeri oleh Pembantu Rektor/Pembantu Ketua/Pembantu Direktur yang menangani bidang akademik, P4TK oleh Kepala P4TK, dan LPMP oleh Kepala LPMP. Laboratorium pendidikan dimaksud adalah laboratorium yang berfungsi sebagai unit panunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas, dengan menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Sosialisasi Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium
Ada semacam angin segar bagi PNS khususnya yang mempunyai status kepegawaian sebagai Teknisi/Laboran. Bagi karyawan teknisi/laboran, hal ini sebagai awal bagi pengembangan karir. Ada tahapan-tahapan yang mesti dilalui oleh karyawan yang berSK-kan Teknisi/Laboran. Salah satunya adalah dengan cara inpassing ( istilah lain pemutihan ) bagi karyawan yang berijazah dibawah Diploma 3, untuk dapat mengajukan sebagai Pranata Laboratorium yang mempunyai jabatan Fungsional, minimum harus sudah bergolongan 2C. Sedangkan bagi karyawan teknisi/laboran yang berijazah Diploma 3 keatas, dapat langsung mengajukan tanpa melalui inpassing. Inpassing dimaksudkan untuk memberi kesempatan bagi karyawan laboran yang dalam masa itu mengalami kenaikan pangkat/golongan. Sebagai contoh, jika seorang karyawan yang pada bulan Oktober 2010 mengalami kenaikan golongan dari 3A menjadi 3B, maka sebaiknya menunggu hingga kenaikan golongan terlebih dahulu. Contoh lainnya, misalnya seorang karyawan akan mengalami kenaikan golongan menjadi 2C dalam periode tersebut, akan dapat memungkinkan untuk mengikuti inpassing.
Memasukkan teknisi/laboran sebagai tenaga fungsional (profesi)
Teknisi/laboran selama ini masuk dalam pegawai struktural. Dalam kondisi ini sangat mungkin terjadi perpindahan laboran/teknisi antar laboratorium yang berdampak lambatnya perkembangan laboratorium. Namun, teknisi/laboran sebagai pegawai struktural tidak mempunyai jenjang karier yang jelas sehingga teknisi/laboran adalah pegawai struktural yang tidak punya jenjang karier. Peraturan-peraturan adminiatrasi pegawai struktural juga menjadi penghambat untuk peningkatan kualitas dan kemampuan teknisi/laboran. Teknisi/laboran lebih tepat disebut sebagai sebuah profesi yang wajib ada di dalam sebuah laboratorium. Dalam posisi in teknisi/laboran sangat berkompeten dalam pengembangan laboratorium. Profesi Teknisi/laboran juga memberikan kewajiban untuk selalu mengembangkan ketrampilan dan kemampuan secara kontinyu sesuai perkembangan teknologi informasi. Hal ini akan berkorelasi postitif dengan jenis layanan, tingkat kepuasan pemakai laboratorium dan perkembangan laboratorium.

Organisasi laboratorium
1.    Kepala laboratorium adalah seorang staf edukatif atau fungsional yang ditugaskan menjadi pimpinan tertinggi dalam organisasi laboratorium serta membawahi anggota laboratorium, pembimbing praktikum, staf administrasi, laboran, dan asisten praktikum serta bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di laboratorium
2.    Anggota laboratorium adalah staf edukatif yang memiliki minat keilmuan dan bersedia turut berperan aktif dalam pengelolaan serta pengembangan laboratorium.
3.    Pembimbing praktikum adalah staf edukatif yang bertanggungjawab dalam memberikan bimbingan praktikum bagi mahasiswa untuk matakuliah yang dibinanya.
4.    Staf administrasi adalah tenaga administratif yang menjalankan fungsi administrasi di laboratorium.
5.    Laboran adalah staf laboratorium yang membantu pelaksanaan kegiatan dan teknis operasional dalam laboratorium, serta mempersiapkan peralatan dan bahan untuk kegiatan praktikum dan penelitian.
6.    Asisten praktikum adalah mahasiswa yang diberi tugas oleh pembimbing praktikum untuk membantu kelancaran pelaksanaan praktikum, dan bertanggung jawab kepada pembimbing praktikum.
7.    Koordinator asisten praktikum adalah salah seorang dari asisten praktikum yang ditunjuk untuk menjadi pemimpin asisten. Penunjukan koordinator asisten atas kesepakatan dari para asisten dan pembimbing praktikum.
8.    Peserta praktikum adalah mahasiswa yang telah terdaftar untuk matakuliah yang bersangkutan pada semester berjalan yang ditunjukkan dengan Kartu Rencana Studi (KRS) dan telah mendaftarkan diri untuk untuk kegiatan praktikum pada semester berjalan.

Kode etik laboran
Kode Etik adalah norma yang menjadi pedoman tingkah laku manusia dengan memperhatikan kepatutan yang berlaku di komunitas profesi.
Kode etik laboran antara lain:
1.    Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan menjaga tingkat ilmu pengetahuannya seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.    Membantu dan memperlancar pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi terutama di bidang laboraturium dengan penuh, loyalitas dan kejujuran.
3.    Bertindak secara rasional obyektif, terbuka, dan jujur.
4.    Menjaga kehormatan diri dengan tidak melanggar nilai dan normal yang berlaku dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga kependidikan.
5.    Mengembangkan, meningkatkan mutu profesi sebagai laboran.
6.    Membantu memfasilitasi mahasiswi/siswa menjadi limuwan yang beriman, bertaqwa, berilmu pengetahuan dan teknologi yang berguna bagi masyarakat, bangsa, negara dan umat manusia.
7.    Membantu pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran dengan sikap tulus, ikhlas, kreatif, komunikatif, inovatif, berpegang pada moral luhur dan profesional serta tidak diskriminatif.
8.    Menunjang kelancaran proses pendidikan dan pembelajaran di laboraturium.


   
























BAB III
 PENUTUP

Kesimpulan
Tugas dan tanggungjawab seorang laboran sangat besar dan memiliki andil yang cukup signifikan dalam menunjang kelancaran dan efektifitas pembelajaran di sekolah. Sehingga seorang laboran dituntut untuk memiliki kompetensi yang berkualitas agar mampu menunjang tugas dan tanggung jawabnya. Namun realitasnya dilapangan, kekurangan tenaga ahli sebagai laboran yang dilibatkan di sekolah-sekolah menyebabkan tenaga laboran terkesan asal-asalan dalam rekruitmennya. Maka sudah selayaknya ada peningkatan kompetensi untuk seorang laboran serta dibuatnya sistem yang baik dalam pendidikan nasional kita berkaitan dengan keberadaan tenaga laboran.




















DAFTAR PUSTAKA

http://laboratoriumstag.blogspot.com/2010/03/peran-dan-tugas-laboran.html
http://elearning.unesa.ac.id/tag/pembinaan-guru-sebagai-tenaga-profesional
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan UPI. 2005. Pengantar Pengelolaan Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
http://www.artikelk3.com/topik/makalah+tentang+organisasi+laboratorium.html